Kekeringan melanda sejumlah desa di KabupatenTegal, karena hujan sudah tidak mengguyur sejak sekitar dua bulan lalu. Suradadi, Tegal, 30 Juni 2015. TEMPO/Dinda Leo Listy
TEMPO.CO, Bojonegoro - Kekeringan dan krisis air bersih yang melanda 64 desa di wilayah Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur makin parah. Kekeringan itu merupakan dampak dari mengecilnya debit air Bengawan Solo.
Secara resmi 64 desa tersebut telah mengajukan permintaan distribusi air bersih ke Bupati Bojonegoro melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Tanda-tanda kekeringan di desa-desa tersebut sebenarnya telah dirasakan sejak dua bulan lalu, namun warga masih dapat mensiasati.
Bila musim kemarau berkepanjangan, diperkirakan jumlah desa yang mengalami krisis air bersih bakal terus bertambah. Desa terparah terkena dampak kekeringan ialah Pagerwesi, Kecamatan Trucuk. Warga desa tersebut harus berjalan mengambil air sejauh 500 meter hingga satu kilometer di sebuah sumur warga.
Untuk mengantisipasi krisis air, sebenarnya di Pagerwesi telah dibuat embung. Namun waduk mini itu telah mengering sejak satu bulan lalu. Warga beberapa kali mencoba membuat sumur bor. Tapi hingga kedalaman lebih dari 70 meter air tetap belum keluar. ”Jadi desa kami benar-benar kering,” tandas Kepala Desa Pagerwesi, Mohammad Hufron, Sabtu 22 Agustus 2015.
Menurut Hufron pemerintah daerah merespons keadaan itu dengan mendistribusikan tiga tangki air bersih tiap satu pekan sekali. Dalam jangka panjang, kata dia, Pagerwesi menunggu proyek pengadaan air bersih melalui program pengeboran air tanah dan membangun bak penampungan.
Kepala Seksi Sarana dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Bojonegoro Budi Mulyono menuturkan dalam satu hari pihaknya menyedikan lebih dari 10 tangki air bersih untuk dikirim ke pelosok-pelosok desa yang dilanda kekeringan. “Jumlahnya mungkin akan bertambah,” ujarnya.
Menurutnya untuk distribusi air bersih ini Badan Penanggulangan Bencana dibantu oleh Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Sosial, Perusahaan Daerah Air Minum dan perusahaan swasta. "Kami juga mulai merancang pengeboran tanah untuk mencari sumber air," ujar Budi.