Diaspora Jawa, Tentang Perantau yang Tak Mau Ilang Jawane  

Reporter

Selasa, 18 Agustus 2015 07:39 WIB

Putri pertama Sri Sultan HB X, GKR Mangkubumi (kedua dari depan), tampil dalam pementasan wayang orang memperingati Jumenengan Dalem di pagelaran keraton Yogyakarta, 18 Mei 2015. Ia telah ditetapkan sebagai Putri Mahkota oleh Sultan awal Mei lalu. TEMPO/Pius Erlangga.

TEMPO.CO, Yogakarta - Tresya Yuliana Fitri, pelatih yoga yang telah 10 tahun tinggal di Polandia, bercerita kepada Tempo, terbiasa mengenalkan makanan ala Jawa, seperti oseng-oseng lombok ijo dan resoles, kepada suaminya. “Beruntung suami saya sangat adaptif. Tidur di atas kloso (tikar) saja mau,” ujarnya.

Setiap kembali ke Indonesia, dia mengaku tak canggung berbicara dengan bahasa ibu. “Meski berada di negeri orang, kalau bertemu sesama Jawa, ya, ngomong Jawa. Itu primordialisme kami,” katanya kepada Tempo pekan lalu.

Perempuan muda yang luwes menarikan berbagai tarian klasik Jawa itu hingga kini terbiasa mengenakan kebaya dan jarit. Bahkan dalam setiap perjalanan ke mana pun, Tresya menyisipkan kain jarit motif batik ke dalam tasnya sebanyak tiga helai.

Kain yang nyaman di kulit dan ringan di dalam tas itu cukup dililitkan sebagai pengganti celana panjang atau rok, baik saat ke pantai atau acara santai. Cukup dia kenakan jaket kulit untuk dipadukan dengan kain jarit itu.

Kedatangan Tresya bersama 10 orang Indonesia yang menetap di luar negeri ini dalam rangkaian penyelenggaraan Konferensi Diaspora Jawa I di Yogyakarta pada 15-16 Agustus 2015. Peserta konferensi datang dari di Polandia, Australia, Inggris, Singapura, Malaysia, New Caledonia, dan Suriname. Dalam pertemuan tersebut dibicarakan sejumlah yang bisa dilakukan dan dipersembahkan orang Indonesia di perantauan kepada negeri leluhurnya.

Layaknya masyarakat Jawa, para perempuan itu saling bercakap dalam bahasa Jawa dengan logat berbeda: Yogyakarta, Surakarta, bahkan Jawa Timur. Meski telah menetap di negara lain dan meninggalkan Indonesia dalam waktu yang lama, mereka mengaku tak ingin meninggalkan budaya tempat asalnya.

Diaspora lain, Lasmin George, yang tinggal di New Caledonia, mengaku senang bisa berkumpul dengan sesama perantau asal Jawa. Dia mengaku keturunan ketiga dari kakeknya yang asal Surakarta yang menetap di New Caledonia. “Aku melu seneng kumpul karo konco-konco (aku ikut senang berkumpul dengan teman-teman),” kata Lasmin.

Kanjeng Pangeran Haryo Wironegoro, sebagai Penasihat Diaspora Jawa, mengapresiasi orang Indonesia yang lama tinggal di luar negeri tapi masih mempertahankan budaya Jawa. “Kalau biasanya orang Jawa sekarang dikenal ilang Jawane, ini yang enggak ilang Jawane (tidak kehilangan kejawaannya),” katanya.

Dia mengatakan para perantau ini nantinya akan memberikan sumbangsih kepada negara dalam berbagai keahlian. “Ini wujud komitmen kami. Jangan sampai punya keahlian, tapi tidak diberikan untuk membangun Indonesia, terutama Yogyakarta,” ujarnya.

Sebaliknya, kata Wironegoro, pihaknya akan membantu jika para perantau membutuhkan tenaga ahli yang berhubungan dengan budaya Jawa. Misalnya, tenaga ahli batik, filosofi Jawa, atau tari. “Kami akan mengirim abdi dalem yang paham falsafah Jawa ke sana,” kata suami putri sulung Sultan Hamengku Buwono X, Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi, ini.

PITO AGUSTIN RUDIANA

Berita terkait

Trah Hamengku Buwono se-Jabodetabek Gelar Syawalan, Hadirkan Budaya Yogyakarta

1 hari lalu

Trah Hamengku Buwono se-Jabodetabek Gelar Syawalan, Hadirkan Budaya Yogyakarta

Trah Hamengku Buwono se-Jabodetabek menggelar syawalan, hadirkan Budaya Yogyakarta antara lain sendratari dan prajurit keraton Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

22 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

Tahun ini, tradisi Grebeg Syawal tidak lagi diperebutkan tapi dibagikan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Bagaimana sejarah Grebeg Syawal?

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

24 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.

Baca Selengkapnya

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

33 hari lalu

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.

Baca Selengkapnya

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

54 hari lalu

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

Perjanjian Giyanti berkaitan dengan hari jadi Yogyakarta pada 13 Maret, tahun ini ke-269.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

54 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

55 hari lalu

Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

Keraton Yogyakarta selama ini masih intens menggelar upacara adat untuk mempertahankan tradisi kebudayaan Jawa.

Baca Selengkapnya

Mengenal Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta untuk Sambut Ramadan

27 Februari 2024

Mengenal Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta untuk Sambut Ramadan

Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta mengajak saling memaafkan dan persiapan mental sebelum ibadah puasa Ramadan.

Baca Selengkapnya

Arti Kemlinthi dalam Bahasa Jawa yang Viral di Sosmed dan Sinonimnya

19 Februari 2024

Arti Kemlinthi dalam Bahasa Jawa yang Viral di Sosmed dan Sinonimnya

Arti kemlinthi dalam bahasa Jawa merujuk pada sifat sombong, sok, dan merasa paling bagus. Istilah ini viral di sosial media, terutama TikTok.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Gelar Tradisi Labuhan Gunung Merapi dan Pantai Parangkusumo

12 Februari 2024

Yogyakarta Gelar Tradisi Labuhan Gunung Merapi dan Pantai Parangkusumo

Upacara adat yang digelar Keraton Yogyakarta ini merupakan tradisi ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan alam

Baca Selengkapnya