Ini Kerinduan Para Eksil Tragedi 1965 di HUT RI ke-70  

Reporter

Senin, 17 Agustus 2015 11:37 WIB

Anna Siregar, tokoh eksil Indonesia di Belanda. TEMPO/Yuke Mayaratih

TEMPO.CO, Amsterdam - Dalam peringatan HUT ke-70 kemerdekaan Indonesia yang diadakan para eksil tragedi 1965 di Amsterdam, Belanda, puisi aktivis yang hilang, Wiji Thukul, berjudul “Kemerdekaan” dibacakan Farida Ishaja, seorang eksil perempuan, dengan penuh penghayatan.

Semua eksil dan yang hadir tercengang, terharu, dan ikut menghayati. Farida Ishaja adalah pengurus yayasan DIAN, salah satu organisasi perempuan Indonesia di Belanda yang dibentuk tahun 1987.

Para eksil terharu ketika lagu Indonesia Raya dikumandangkan. S. Sarmadji menuturkan, sejak lagu Indonesia Raya berkumandang sampai dinyanyikannya lagu Tanah Air, ia merasa nyesek.

Dengan mata menerawang ia berkata,” Seharusnya saya berada di Indonesia dan bisa merayakan kemerdekaan Indonesia di Tanah Air. Tapi saat ini saya berada di Belanda. Saya harus bisa bersyukur meskipun hanya merayakannya di sini. Saya berjuang untuk Indonesia, tapi kok enggak bisa injak Tanah Air saya. Saya sudah tak bisa lagi menangis dan bersedih hati. Meskipun saya kecewa dengan praktek korupsi yang sekarang merajalela di Indonesia.”

Sarmadji adalah salah satu eksil yang juga ketua PERDOI (Perhimpunan Dokumentasi Indonesia).

Ibrahim Isa, juga seorang eksil, datang bersama istri dan putrinya. Ia mengatakan bahwa hatinya selalu bergetar saat mendengar suara rekaman Soekarno saat membacakan teks proklamasi. Di acara seperti ini, selain bertemu dengan kawan-kawan senasib, ia juga merasa bangga menjadi bagian dari bangsa Indonesia yang sudah maju.

“Bukan berarti sebagai eksil yang dilarang pulang ke Tanah Air kami lantas menjadi tenggelam dan tidak berbuat apa-apa. Kami justru tetap memiliki kepedulian dan keterlibatan dengan Indonesia. Mungkin kesadaran berbangsa saya dan kawan-kawan eksil lebih tinggi dari mereka yang duduk di parlemen sekarang,” kata Isa.

Menurut Isa, saat ini ada tiga sikap yang dimiliki sesama eksil tentang pemerintah Indonesia. Pertama, mereka yang mendukung pemerintahan Joko Widodo atau Jokowi saat ini dan memberi kesempatan; kedua, mereka yang mengatakan bahwa pemerintah saat ini hanya janji-janji kosong; ketiga, mereka yang wait and see.

Ibrahim Isa mengaku pernah bergabung dalam BKR ( Badan Keamanan Rakyat) yang lalu menjadi TKR, cikal bakal TNI saat ini. Ia juga setuju dengan pernyataan salah satu tokoh Gerindra yang menyatakan bahwa Presiden Jokowi atas nama pemerintah sebaiknya minta maaf kepada korban pelanggaran HAM tahun 1965. Juga alasan-alasan yang disampaikan oleh tokoh Gerindra itu.

Anna Siregar, perempuan yang sempat dikirim sekolah ke Moscow, Rusia, tahun 1962, merasa wajib menghadiri acara perayaan kemerdekaan Indonesia. Alasannya, selain bertemu dengan sesama eksil, ia merasa jati diri sebagai warga negara Indonesia terungkap. Maklum saja, selama bertahun-tahun ia kehilangan identitas.

"Paspor Indonesia saat diambil begitu saja saat sedang belajar di Moscow. Lalu saya juga harus bersusah payah mendapatkan kewarganegaraan dari negara lain. Dilarang kembali ke Tanah Air dan tentu saja itu sama sekali bukan keinginan saya,” ujar Anna Anna dengan mata berkaca-kaca.

Siswa Santoso, peneliti dan aktivis HAM di Belanda, mengatakan peringatan hari kemerdekaan Indonesia yang diselenggarakan Perhimpunan Persaudaraan memiliki makna yang lebih dalam. Ia membayangkan bagaimana penderitaan mereka yang hak asasinya dirampas begitu saja oleh negara, tetapi masih tetap peduli dan cinta dengan Tanah Air. "Mengikuti perkembangan situasi dan politik Indonesia dan juga berkarya dalam bentuk lain di negara lain (Belanda) itu adalah sikap yang luar biasa,” ujar Siswa.

YUKE MAYARATIH


Berita terkait

Setelah 70 Tahun Merdeka, Desa Ini Baru Nikmati Listrik

29 Agustus 2015

Setelah 70 Tahun Merdeka, Desa Ini Baru Nikmati Listrik

Desa di Indonesia ini baru dialiri listrik setelah Republik Indonesia merdeka 70 tahun.

Baca Selengkapnya

Wanita Batak Ini Bekerja di Museum Yahudi Terbesar di Eropa

25 Agustus 2015

Wanita Batak Ini Bekerja di Museum Yahudi Terbesar di Eropa

Wanita berdarah Batak Karo, Anna Sembiring, bekerja di museum sejarah Yahudi terbesar di Eropa.

Baca Selengkapnya

Ini Gelar untuk Presiden Jokowi dari Sultan Al-Kadrie

22 Agustus 2015

Ini Gelar untuk Presiden Jokowi dari Sultan Al-Kadrie

Sultan Syarif Abdurrachman Al-Kadrie, Raja Kesultanan Pontianak, mengatakan telah menyiapkan gelar khusus untuk Presiden Jokowi.

Baca Selengkapnya

HUT RI Ke-70, Tanah Gayo Gelar Pacuan Kuda Tradisional  

19 Agustus 2015

HUT RI Ke-70, Tanah Gayo Gelar Pacuan Kuda Tradisional  

Pacuan kuda berhadiah total Rp 252 juta itu digelar hingga Ahad mendatang.

Baca Selengkapnya

Maria Felicia, Kepincut Upacara Sejak Kecil  

19 Agustus 2015

Maria Felicia, Kepincut Upacara Sejak Kecil  

Sejak usia tiga tahun, Felicia bersama saudaranya bermain upacara bendera dan dia paling sering berperan sebagai pembawa bendera.

Baca Selengkapnya

Paskibraka Maria Felicia Bercita-cita Jadi Jurnalis

19 Agustus 2015

Paskibraka Maria Felicia Bercita-cita Jadi Jurnalis

Maria Felicia Gunawan, siswi kelas XI SMAK Penabur Gading Serpong, terpilih membawa baki duplikat bendera pusaka saat upacara 17 Agustus di Istana.

Baca Selengkapnya

Virzha 'Idol' Kalah Lomba Melukis Gara-gara Warna Gunung  

19 Agustus 2015

Virzha 'Idol' Kalah Lomba Melukis Gara-gara Warna Gunung  

Juri tidak sepakat dengan keputusan Virzha ketika memberi warna pada gunung dalam perayaan HUT Kemerdekaan RI.

Baca Selengkapnya

Bela Elanto, Roy Suryo Kritik Polisi  

19 Agustus 2015

Bela Elanto, Roy Suryo Kritik Polisi  

Roy menganggap polisi seharusnya bisa membedakan pengawalan untuk urusan kenegaraan dan bukan.

Baca Selengkapnya

Ada Atribut PKI dalam Pawai Kemerdekaan, Ini Kata JK

19 Agustus 2015

Ada Atribut PKI dalam Pawai Kemerdekaan, Ini Kata JK

Kalla mengatakan bahwa peserta tak seharusnya membawa atribut organisasi yang dilarang dalam undang-undang.

Baca Selengkapnya

Tak Hormat Saat Upacara Bendera, JK: Saya Ikut Undang-Undang

18 Agustus 2015

Tak Hormat Saat Upacara Bendera, JK: Saya Ikut Undang-Undang

JK mengatakan sikapnya saat upacara sama seperti Bung Hatta.

Baca Selengkapnya