Pusat Gempa 104 km Barat Laut Kepulauan Aru, Maluku. bmkg.go.id
TEMPO.CO, Bandung - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menggandeng lembaga National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Amerika Serikat untuk memprediksi perubahan iklim di Indonesia.
"Program yang sudah berjalan selama satu tahun ini memang belum menunjukkan hasil yang signifikan, tapi data-data yang terkumpul dari hasil observasi dan analisis yang dilakukan para kru PRIMA sudah membantu akurasi prediksi iklim," ujar Andi Eka Sakya, Kepala BMKG, saat ditemui di Bandung, Rabu, 12 Agustus 2015.
Kegiatan yang melibatkan 31 anggota yang berasal dari BMKG, BPPT, NOAA, dan DISHIDROS ini dibantu juga oleh 20 personel Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut dalam penugasan untuk berlayar dengan kapal Baruna Jaya 1 milik BPPT. Para kru bertugas melakukan observasi dan meneliti kejadian atau fenomena baru yang terjadi sebagai penanda pergantian musim dan iklim.
"Kegiatan ini sudah aktif kami lakukan, seperti workshop ini. Kami akan mendiskusikan hasil temuan-temuan para kru dalam setahun terakhir. Data yang diperoleh dari kru adalah hasil mendeteksi buih-buih yang disebar di Samudra Hindia. Indonesia memiliki empat buih," kata Andi.
Menurut Andi, kerja sama dengan pihak NOAA Amerika, selain mengumpulkan data mengenai kelautan, juga kerja sama dalam pengiriman dua mahasiswa Institut Teknologi Bandung untuk belajar di salah satu universitas di Amerika. Mahasiswa yang dikirim akan mempelajari iklim-iklim ekstrem yang bisa terjadi di Indonesia.
"Ya, pihak kami juga akan mengirim dua mahasiswa setiap tahun untuk mengikuti program magister di Amerika. Persyaratannya sangat ketat untuk ikut. Di sana nanti mereka akan belajar di salah satu universitas dan juga lembaga penelitian untuk mempelajari iklim ekstrem, seperti El Nino dan El Nina," tutur Andi.