TEMPO Interaktif, Jakarta:Ketua Mahkamah Agung Bagir Manan menyatakan, pengubahan susunan Majelis Hakim yang menangani perkara kasasi Probosutedjo bukan merupakan upaya balas dendam. "Kenapa mesti balas dendam? Kami ini hakim, kami berpegang pada sumpah jabatan untuk tidak membeda-bedakan orang,"ujar Bagir di kantornya, di Jakarta, Rabu (9/11). Penggantian susunan majelis tidak terkait pelaporan Probosutedjo ke KPK soal dugaan pemerasan oleh sejumlah pegawai MA, pada Juli lalu. Probosutedjo, mengaku telah diperas saat mengurus kasasi perkara korupsi dana reboisasi hutan tanaman industri senilai Rp. 100,9 miliar yang melibatkan dirinya selaku Dirut PT. Menara Hutan Buana. Perubahan majelis, menurut Bagir Manan, disebabkan pendapat hukum hakim (adviesblaad), yang semestinya menjadi rahasia negara, telah diketahui publik, terutama KPK. "Agar tidak muncul berbagai penafsiran, maka majelis hakimnya diganti,"ujarnya.Perubahan majelis, tidak dipengaruhi oleh opini publik yang menganggap majelis lama bermasalah. "Sejauh ini belum ada bukti hakimnya bermasalah. Belum ada satu bukti pun yang menunjukkan ada sangkut paut antara hakim kasasi dan Pono Cs,"kata Bagir.Adapun soal penambahan jumlah anggota majelis, dari sebelumnya 3 orang menjadi 5 orang, menurut Bagir, itu dimaksudkan untuk meningkatkan objektivitas putusan. Lima hakim baru itu terdiri dari Iskandar Kamil, Harifin A Tumpa, Djoko Sarwoko, Atja Sonjaya dan Rehngena Purba. "Menjadi 5 orang itu putusan saya, agar lebih objektif, lebih banyak yang mengawasi. Tapi, ini hal yang lazim," ujar Bagir.Thoso Priharnowo