Suasana pembahasan Tata Tertib Muktamar NU ke-33 di Jombang, Jawa Timur, Minggu, 2 Agustus 2015. Pembahasan Tatib tersebut diwarnai protes dari sejumlah muktamirin. ANTARA/Zabur Karuru
TEMPO.CO, Jombang - Salawat nabi menjadi bacaan penting dalam sidang Muktamar Nahdlatul Ulama. Ketegangan dan kericuhan yang nyaris berujung perkelahian langsung reda begitu dibacakan salawat.
Inilah salah satu keunikan musyawarah kaum nahdliyin dalam memutuskan persoalan. Keributan dan adu mulut nyaris mewarnai sepanjang sidang pleno pembahasan tata tertib Muktamar sejak kemarin, terutama saat masing-masing kubu memperdebatkan mekanisme pemilihan Rais Aam melalui ahlul halli wal 'aqdi/AHWA (mufakat melalui 9 perwakilan).
Kondisi ini menjadi tantangan besar pimpinan sidang untuk tetap mengendalikan emosi muktamirin sesuai dengan aturan. Ketika teguran ataupun peringatan yang disampaikan tak lagi mampu meredakan ketegangan, lantunan salawat menjadi senjata pamungkas.
Sejak sidang pleno pertama dimulai kemarin siang, tak terhitung lagi jumlah bacaan salawat dikumandangkan. Begitu peserta mulai terlibat adu mulut dengan sengit dan berpotensi keributan, pimpinan sidang langsung membacakan salawat diikuti peserta lain. Ajaib, ketegangan pun berangsur reda.
Membaca salawat untuk Nabi, emiliki maksud mendoakan atau memohon berkah kepada Allah untuk Nabi dengan ucapan, pernyataan, serta pengharapan kepada Nabi agar selalu sejahtera. Salam berarti damai, sejahtera, aman sentosa, dan selamat. Jadi, saat seorang muslim membaca salawat untuk Nabi, itu dimaksudkan untuk mendoakan Beliau semoga tetap damai, sejahtera, aman sentosa, dan selalu mendapatkan keselamatan.