Impor Batik Diperketat, Perajin Yogyakarta Girang, tapi...

Reporter

Sabtu, 1 Agustus 2015 04:49 WIB

Perajin mengerjakan pembuatan kain batik khas Kebumen di Sentra Industri Batik Seliling, Kabupaten Kebumen, Jateng, 26 Juni 2015. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

TEMPO.CO , Yogyakarta: Kalangan perajin batik di Daerah Istimewa Yogyakarta meminta pemerintah serius setelah mengeluarkan kebijakan memperketat impor batik. Perajin berharap pemerintah juga menjelaskan kepada masyarakat ihwal keaslian batik supaya konsumen mendapat informasi yang benar.

Ketua Paguyuban Batik Tulis Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul, Nur Ahmadi, menyambut baik kebijakan pemerintah itu. Serbuan batik motif Cina maupun batik tiruan memukul perajin batik. Harga batik motif Cina di pasaran maupun batik tiruan atau batik printing lebih murah ketimbang batik tulis. Batik tulis pewarna alami berukuran 2,5 meter dijual Rp 450 ribu hingga Rp 2,5 juta. Batik tulis pewarna sintetis Rp 350 juta-Rp 1 juta. Sedangkan, batik printing per meter di pasaran dijual Rp 20 ribu.

Padahal, batik tulis dikerjakan dengan serius, menggunakan teknik membatik misalnya lilin panas. Di Pasar Beringharjo, banyak orang yang tidak bisa membedakan batik tulis, batik cap, batik kombinasi, dan batik printing. “Pemerintah jangan cuma membatasi impor. Tapi memikirkan keberadaan batik tiruan itu,” kata dia, Jumat, 31 Juli 2015.

Menurut dia, Paguyuban Batik Tulis Giriloyo, Wukirsari memiliki 15 kelompok perajin. Wukirsari yang merupakan desa wisata punya 600 kepala keluarga yang membatik. Omzet perajin rata-rata Rp 5 hinga Rp 20 juta.

Perajin batik Giriloyo, Imaroh, mengatakan kebijakan memperketat impor batik akan membantu perajin. Di tempat Imaroh omzet penjualan batik tahun ini sebesar Rp 40 juta atau meningkat 30 persen. Batik-batik itu dikirim ke Jepang sebanyak 20 lembar. Ada pula yang dikirim ke Jakarta, Surabaya, dan Bali. Imaroh melayani batik tulis menggunakan pewarna alam dan sintetis.

Harga batik yang menggunakan pewarna alam lebih mahal, yakni Rp 400 ribu-Rp 2,5 juta per lembar. Batik pewarna alam memerlukan proses yang rumit dan lama. Pewarna alam, misalnya dari kulit mahoni dan jati harus melalui proses fermentasi. Untuk batik menggunakan pewarna alami, perajin setidaknya perlu waktu sebulan untuk mengerjakannya. Sedangkan batik pewarna sintetis dihargai Rp 350 ribu-Rp 1 juta. “Konsumen memburu batik motif klasik,” kata dia.

Menteri Perdagangan Rachmat Gobel mengeluarkan aturan yang memperketat importasi TPT batik dan motif batik. Aturan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/7/2015 tentang Ketentuan Impor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Batik dan TPT Motif Batik.

SHINTA MAHARANI

Berita terkait

Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

11 hari lalu

Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, mendukung rencana pagelaran fashion show oleh Dian Natalia Assamady bertajuk "Keindahan Karya Kain. Tenun dan Batik Ku Indonesia".

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

13 hari lalu

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenakan kain batik pada hari terakhirnya di Washington DC, Amerika Serikat, 21 April kemarin.

Baca Selengkapnya

Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

16 hari lalu

Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

Kota Lama Semarang hingga Taman Lele, Semarang tak pernah kehabisan destinasi wisata.

Baca Selengkapnya

PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

41 hari lalu

PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

PT Permodalan Nasional Madani (PNM) mengadakan pelatihan untuk membantu pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) para nasabah.

Baca Selengkapnya

Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

43 hari lalu

Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

Kampung Karangkajen Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta dikenalkan sebagai Kampung Religius jelang Ramadhan atau awal Maret 2024 ini.

Baca Selengkapnya

Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

6 Maret 2024

Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

Desainer dan Direktur Kreatif IKAT Indonesia Didiet Maulana membeberkan cara menjaga kain batik agar tetap awet.

Baca Selengkapnya

KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta

28 Februari 2024

KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta

Kedutaan Besar RI di Canberra menggelar promosi batik di Balai Kartini, Australia. Agenda tersebut dilaksanakan melalui Atase Perdagangan Canberra bersama Asosiasi Pengusaha Perancang Mode Indonesia (APPMI).

Baca Selengkapnya

Piaggio Indonesia Umumkan Setop Produksi Vespa Batik

17 Februari 2024

Piaggio Indonesia Umumkan Setop Produksi Vespa Batik

Lini terakhir dari Vespa Batik ini akan berhenti diproduksi pada Oktober 2024 setelah mencapai total produksi sebanyak 1.920 unit.

Baca Selengkapnya

NMAA Kembali Tampil di Pameran Osaka Auto Messe, Pajang Lancer Evo Batik

11 Februari 2024

NMAA Kembali Tampil di Pameran Osaka Auto Messe, Pajang Lancer Evo Batik

NMAA kembali tampil dalam pameran modifikasi Osaka Auto Messe (OAM), Jepang, pada 10-12 Februari 2024 dengan memajang Lancer Evo Batik.

Baca Selengkapnya

Cerita Pengusaha Batik Yogyakarta Bertahan dari Pandemi Berkat Penjualan Online

6 Februari 2024

Cerita Pengusaha Batik Yogyakarta Bertahan dari Pandemi Berkat Penjualan Online

Pengusaha batik Yogyakarta selamat dari pandemi berkat penjualan online. Omsetnya juga naik.

Baca Selengkapnya