TEMPO.CO, Dompu - Warga Dusun Meci Angi, Desa Soriutu, Kecamatan Manggelewa, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, digegerkan dengan penemuan bom aktif seberat 200 kilogram pada hari Minggu, 26 Juli 2015, sekitar pukul 12.45 WITA.
Bom itu ditemukan di dalam tanah pada kedalaman 2 meter. Bom berwarna kuning dengan panjang sekitar 1,25 meter dan diameter 40 sentimeter itu diduga merupakan peninggalan Perang Dunia II yang tidak meledak.
Bom itu ditemukan oleh M. Hasan, 45 tahun, seorang petani yang sedang menggali tanah untuk septic tank. Ia tiba-tiba menyentuh benda keras. "Saat sedang mengeruk tanah untuk pembuatan saluran septic tank, saya menyentuh benda sejenis bom," ujarnya.
“Penemuan benda berbahaya itu saat Hasan sedang menggali lubang pembuangan di mana benda tersebut berada pada kedalaman 2 meter,” kata Kapolres Dompu Ajun Komisaris Besar Brury Soekotjo di kantor KPUD Dompu, Minggu, 26 Juli 2015. "Saya kaget sekali ketika melihat benda tersebut," kata Brury.
Kapolsek Manggelewa Inspektur Dua Abdul Haris langsung mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) dan melakukan pengamanan di sekitar areal. “Setelah itu saya kemudian melakukan koordinasi dengan Subden Gegana A5."
Sekitar pukul 18.00 WITA, tim Gegana A Bima tiba di TKP dan langsung melakukan penggalian lubang agar lebih dalam dan lebar untuk memudahkan evakuasi. Sekitar pukul 21.45 WITA, tim berhasil mengevakuasi bom itu dibantu oleh warga. Bom itu kemudian dibawa ke Bima untuk diteliti lebih lanjut.
Bom gereja meledak lagi. Kali ini sasarannya adalah Gereja Oikumene, Samarinda, Kalimantan Timur. Pelakunya, Juhanda, mantan narapidana teroris bom buku 2011. Sebagai bangsa, kita telah "terperosok pada lubang yang sama".