Rusuh Tolikara, Begini Prinsip Jurnalisme Damai  

Selasa, 21 Juli 2015 18:05 WIB

Warga Papua menjual koran sambil membaca berita tentang situasi di Tolikara. Mereka menjajakan koran di Terminal Kedatangan, Bandara Sentani, Jayapura, Senin 20 Juli 2015. TEMPO/Maria Hasugian

TEMPO.CO, Jakarta - Pemberitaan media massa mengenai kerusuhan di Tolikara menjadi bahan diskusi ramai di masyarakat. Ada yang memuji, tak sedikit yang mengkritik.

Peneliti media, Ignatius Haryanto, menegaskan media memang sebaiknya menerapkan prinsip jurnalisme damai dalam peliputan sebuah konflik.

"Jurnalisme damai bukan hendak melunakkan peristiwa dan mengecilkan jumlah korban, tapi lebih dari itu. Misalnya menjelaskan sejarah pemicu konflik, dan dampak yang terjadi di masyarakat ketika keharmonisan sosial terganggu," kata Haryanto saat dihubungi Tempo, Selasa, 21 Juli 2015.

Menulis soal konflik, kata mantan wartawan Tempo ini, tak berarti mengekspos pertikaian dari dua sisi. Peneliti dari Lembaga Studi Pers dan Pembangunan itu mengingatkan wartawan akan perlunya mengupas tuntas pemicu masalah sampai fokus pada apa dampak konflik tersebut buat masyarakat.

Menerapkan jurnalisme damai, diakui Haryanto, bukan perkara gampang. "Wartawan harus rela menahan diri dan tidak mudah terprovokasi," katanya. Selain itu, wartawan juga wajib memverifikasi seluruh informasi yang beredar dari berbagai sumber. "Jangan percaya ke sumber pertama dan harus lihat dulu duduk perkaranya," kata dia.

Untuk itu, Haryanto menyarankan wartawan terjun langsung ke lapangan untuk memahami perkara itu secara komprehensif. "Pertama, wartawan harus ke lapangan karena fakta (yang diperoleh langsung) seperti itu lebih jauh bisa dipertanggungjawabkan ketimbang info di media sosial," kata dia.

Selain itu, Haryanto meminta wartawan memahami konteks konflik dari pangkalnya. "Misalnya, soal isu pelarangan ibadah di Papua, (wartawan harus paham-) kenapa bisa seperti itu, dan bagaimana riwayat pendatang di sana," kata dosen komunikasi di Universitas Multimedia Nusantara itu.

Haryanto juga mengatakan wartawan harus berhati-hati dalam pemilihan diksi berita. Salah diksi, media massa justru bisa jadi memperuncing konflik. "Cobalah proposional agar tak fokus pada matematika korban sebab kelompok minoritas selalu terintimidasi. Tampilkan fakta berbasis data, dan kutipan dari sumber-sumber yang bisa dipertanggungjawabkan," katanya.

PUTRI ADITYOWATI

Berita terkait

Mabes Polri Belum Usut Penyebar Kabar Bohong Tolikara

25 April 2016

Mabes Polri Belum Usut Penyebar Kabar Bohong Tolikara

Kepolisian mengungkapkan kerusuhan di Tolikara Papua merupakan kabar bohong.

Baca Selengkapnya

Polri Bantah Ada Kerusuhan di Tolikara  

25 April 2016

Polri Bantah Ada Kerusuhan di Tolikara  

Polri mengakui ada seorang pegawai Dinas Kependudukan yang meninggal.

Baca Selengkapnya

Tolikara Rusuh Lagi, 1 Tewas 95 Rumah Dibakar  

24 April 2016

Tolikara Rusuh Lagi, 1 Tewas 95 Rumah Dibakar  

Konflik Tolikara ini sudah terjadi sejak 9 April 2016 dan berlangsung hingga hari
ini.

Baca Selengkapnya

Rusuh Tolikara, Hasil Uji Balistik: Bukan Peluru Polisi

8 September 2015

Rusuh Tolikara, Hasil Uji Balistik: Bukan Peluru Polisi

Selain melakukan uji balistik, Polda Papua juga sudah menggelar sidang pelanggaran disiplin terhadap personel Polres Tolikara.

Baca Selengkapnya

Jokowi Minta Pelaku Kerusuhan di Tolikara Diproses Hukum  

11 Agustus 2015

Jokowi Minta Pelaku Kerusuhan di Tolikara Diproses Hukum  

Jokowi minta agar pelaku, aktor, maupun aparat yang salah prosedur penanganannya harus diperiksa dalam kasus Tolikara.

Baca Selengkapnya

Presiden GIDI Minta Penyidikan Kasus Tolikara Dihentikan

11 Agustus 2015

Presiden GIDI Minta Penyidikan Kasus Tolikara Dihentikan

Presiden GIDI minta Kapolda Papua menyerahkan proses penyelesaian masalah tersangka kepada gereja dan umat muslim Tolikara.

Baca Selengkapnya

Komnas HAM: Temukan Aparat yang Menembak Warga Tolikara  

10 Agustus 2015

Komnas HAM: Temukan Aparat yang Menembak Warga Tolikara  

Komnas HAM mendesak Menkopolhukam agar memerintahkan Kapolri dan Panglima TNI mengusut penembakan Tolikara.

Baca Selengkapnya

Rusuh Tolikara, Komnas HAM Temukan 4 Pelanggaran  

10 Agustus 2015

Rusuh Tolikara, Komnas HAM Temukan 4 Pelanggaran  

Komnas HAM menemukan empat indikasi pelanggaran HAM pada kerusuhan di Tolikara.

Baca Selengkapnya

Hasil Investigasi Tolikara, Komnas: Ada 4 Pelanggaran HAM  

10 Agustus 2015

Hasil Investigasi Tolikara, Komnas: Ada 4 Pelanggaran HAM  

Pemerintah memastikan kerusuhan di Kabupaten Tolikara, Papua, tidak dipicu oleh isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

Baca Selengkapnya

Tolikara Pulih, Begini Proses Pembangunan Musala dan Ruki  

10 Agustus 2015

Tolikara Pulih, Begini Proses Pembangunan Musala dan Ruki  

Pembangunan 85 ruki dan musalah untuk menggantikan ruki dan musalah yang terbakar saat amuk massa pada 17 Juli lalu.

Baca Selengkapnya