Wahid Institute Akui Pendukung Radikalisme Terus Bertambah  

Jumat, 17 Juli 2015 13:07 WIB

Warga membawa spanduk saat mengikuti kegiatan peringatan Hari Perdamaian Dunia di Jalan MH Thamrin, Jakarta, 21 September 2014. Kegiatan yang digagas oleh The Wahid Institute ini dilakukan untuk memperingati 10 tahun berdirinya. TEMPO/Dasril Roszandi

TEMPO.CO, Jakarta - Kabar adanya pendidikan agama berbau radikalisme di SD Islam Asshafa, Depok, Jawa Barat, rupanya tidak terlampau mengejutkan para pegiat toleransi antar-umat beragama dan perlindungan untuk kaum minoritas. Salah satunya Ahmad Suaedy, peneliti isu agama yang juga merupakan salah seorang pendiri Wahid Institute.

Kabar itu, kata dia, sejalan dengan temuan lembaganya ihwal semakin banyaknya orang Indonesia yang bersimpati terhadap ajaran radikalisme. Bahkan, Suaedy menegaskan, kini jumlah pengikut gerakan Islam radikal ISIS di Tanah Air terus bertambah.

Menurut Suaedy, warga Indonesia yang terlibat dengan ISIS terdiri atas beberapa lapis. Lapisan yang paling banyak orangnya adalah simpatisan. “Mereka kebanyakan mendeklarasikan diri sebagai anggota ISIS, padahal hanya simpatisan,” ujar Ahmad saat dihubungi Tempo, Senin, 6 Juli 2015. “Mereka bilang sudah gabung dengan ISIS, tapi sebenarnya tidak ada relasi langsung dengan sana,” katanya.

Ahmad Suaedy mengkoreksi pandangan yang menyamakan gerakan ISIS dengan Al-Qaeda. “Kalau Al-Qaeda itu merekrut anggota untuk perang, sedangkan ISIS merekrut untuk membentuk negara. Sehingga, apa pun latar belakangnya, setiap orang bisa direkrut untuk bergabung dengan ISIS,” katanya.

“Yang namanya negara kan butuh apa saja, enggak cuma orang-orang militer, tapi juga orang-orang yang paham dengan administrasi, hukum, dan lain sebagainya, yang dibutuhkan negara,” katanya. Karena itulah, kata Suaedy, siapa saja dengan latar belakang apa pun bisa bergabung dengan ISIS. “Apalagi ada iming-iming (gaji besar), sehingga banyak yang mau daftar lowongan pekerjaan tersebut,” ujarnya.

Suaedy mengimbau masyarakat Indonesia untuk lebih berhati-hati dalam melihat lowongan pekerjaan. “Jika ada informasi lowongan kerja di Timur Tengah, warga harus memastikan dulu apakah itu informasi resmi dari pemerintah atau tidak, agar tidak terjerumus,” kata Suaedy.

Baca penjelasan Kepala SD Islam Terpadu Asshafa, Tomi Rohili, di sini.

DIAH HARNI SAPUTRI

Berita terkait

Putin Akui Belum Ada Bukti Keterlibatan Ukraina dalam Serangan Teroris Moskow

41 hari lalu

Putin Akui Belum Ada Bukti Keterlibatan Ukraina dalam Serangan Teroris Moskow

Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui bahwa sejauh ini belum ada tanda-tanda keterlibatan Ukraina dalam penembakan di gedung konser Moskow

Baca Selengkapnya

Dapat Ancaman dari Kelompok Radikal, Prancis Imbau Warganya Tinggalkan Pakistan

16 April 2021

Dapat Ancaman dari Kelompok Radikal, Prancis Imbau Warganya Tinggalkan Pakistan

Massa kelompok Islam radikal Pakistan bentrok dengan polisi untuk memprotes penangkapan pemimpin mereka yang menuntut dubes Prancis diusir.

Baca Selengkapnya

Prancis, Sekularisme, dan Kehati-hatian Menangani Islam Radikal

3 November 2020

Prancis, Sekularisme, dan Kehati-hatian Menangani Islam Radikal

Prancis menjadi sorotan sejak peristiwa pembunuhan guru asal Paris. Penyebabnya, pernyataan mereka soal paham radikal. Diduga lost in translation.

Baca Selengkapnya

Ini Reaksi Berbagai Politisi dan Kepala Negara Atas Terorisme di Nice

29 Oktober 2020

Ini Reaksi Berbagai Politisi dan Kepala Negara Atas Terorisme di Nice

Kepala pemerintahan dan politisi dari berbagai negara bereaksi atas aksi terorisme yang terjadi Notre-dame Basilica, Nice, Prancis.

Baca Selengkapnya

Dewan Muslim Prancis Mengecam Aksi Terorisme di Nice

29 Oktober 2020

Dewan Muslim Prancis Mengecam Aksi Terorisme di Nice

Dewan Keimanan Muslim Prancis mengutuk peristiwa teror yang terjadi di Gereja Notre-Dame Basilica, Nice Kamis ini

Baca Selengkapnya

Presiden Prancis Emmanuel Macron Menuju Lokasi Teror di Nice

29 Oktober 2020

Presiden Prancis Emmanuel Macron Menuju Lokasi Teror di Nice

Presiden Prancis Emmanuel Macron bergegas menuju Gereja Notre Dame Basilica di Nice yang menjadi lokasi aksi teror terbaru.

Baca Selengkapnya

Turki Akan Perkarakan Charlie Hebdo Atas Karikatur Erdogan

29 Oktober 2020

Turki Akan Perkarakan Charlie Hebdo Atas Karikatur Erdogan

Pemerintah Turki menyatakan akan mengambil jalur hukum atas perkara karikatur Recep Tayyip Erdogan di majalah Charlie Hebdo

Baca Selengkapnya

Prancis Balas Kecaman Turki Soal Karikatur Erdogan di Charlie Hebdo

29 Oktober 2020

Prancis Balas Kecaman Turki Soal Karikatur Erdogan di Charlie Hebdo

Pemerintah Prancis merespon kecaman Turki perihal karikatur Presiden Recep Tayyip Erdogan di sampul halaman majalah satir Charlie Hebdo.

Baca Selengkapnya

Presiden Iran Ikut Komentari Masalah Charlie Hebdo, Turki, dan Prancis

29 Oktober 2020

Presiden Iran Ikut Komentari Masalah Charlie Hebdo, Turki, dan Prancis

Presiden Iran Hassan Rouhani ikut berkomentar soal ketegangan antara Prancis dan Turki yang dipicu oleh karikatur Nabi Muhammad dari Charlie Hebdo

Baca Selengkapnya

Emmanuel Macron Mau Perkuat Hukum Sekuler Prancis untuk Lawan Islam Radikal

6 Oktober 2020

Emmanuel Macron Mau Perkuat Hukum Sekuler Prancis untuk Lawan Islam Radikal

Emmanuel Macron akan mengusulkan rancangan undang-undang yang akan menguatkan penegakan sekuler untuk melawan Islam radikal.

Baca Selengkapnya