Hamparan lumpur kering di pusat semburan Lumpur Lapindo di titik 25, desa Renokenongo, Porong, Sidoarjo, 29 Mei 2015. Catatan Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS), volume semburan pada enam tahun terakhir, masih pada kisaran 30.000-60.000 meter kubik per hari. FULLY SYAFI
TEMPO.CO , Sidoarjo:Menjelang Lebaran, puluhan warga korban semburan lumpur Lapindo dari Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Sidoarjo, melakukan tabur bunga di tanggul titik 42, Minggu, 12 Juli 2015. Sebelum tabur bunga, mereka menggelar tahlil dan doa bersama.
Sri Utami, Plt Kapala Desa Renokenongo, mengatakan acara tabur bunga dilakukan untuk mengenang atau mendoakan leluhur dan keluarga warga yang sudah meninggal.
"Intinya mengenang leluhur yang sudah meninggal," katanya.
Selain itu, dengan diadakannya acara tersebut, dia berharap ganti rugi korban lumpur cepat selesai dibayar.
"Ada sekitar 700 berkas warga Desa Renokenongo yang belum dibayar," ujar Sri yang baru ditunjuk sebagai Plt pada April lalu.
Lisman, 80 tahun, korban lumpur, mengaku ada sekitar 10 kuburan keluarganya baik dari buyut hingga suadaranya yang terendam lumpur.
"Setiap jelang puasa dan Lebaran saya tabur bunga," katanya.
Juwito, 65 tahun, korban lumpur yang sudah dua tahun tinggal di tanggul titik 42, mengatakan pemekaman Desa Renokenongo sudah terendam lumpur sejak tahun 2006 bersamaan dengan semburan lumpur pertama kali.
Sementara itu sampai saat ini proses pembayaran ganti rugi korban lumpur masih dalam tahap validasi berkas. Sebanyak 1.244 dari 3.337 berkas telah divalidasi Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS).