TEMPO Interaktif, Surabaya:Sejak harga BBM naik 1 Oktober lalu, aktivitas masyarakat di sekitar hutan di Jawa mengambil kayu bakar tak hanya untuk kebutuhan rumah tangga sendiri, tetapi juga menjualnya akibat meningkatnya permintaan kayu bakar.Anggota Dewan Nasional Walhi yang juga Direktur Peduli Indonesia, Syafruddin Ngulma Sumeulue, mengatakan pencurian kayu itu terjadi di kawasan hutan di beberapa kecamatan di Kabupaten Mojokerto. Ia juga mendapatkan laporan dari aktivis lingkungan dari beberapa kabupaten di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat, jumlah anggota masyarakat yang mengambil kayu dari hutan pasca kenaikan harga BBM, meningkat luar biasa. “Sebagian mereka mencari kayu untuk memenuhi pesanan dari kalangan industri kecil yang semula menggunakan BBM jenis minyak tanah,” katanya, Kamis (20/10). Menurut Syafruddin, tindakan mereka tidak mungkin dihentikan selama tidak ada kemampuan membeli minyak tanah. Namun, jika hal ini berjalan terus, kehancuran hutan tidak dapat dihindari lagi. Konsekuensinya, banjir, longsor, kekeringan dan serangan hama mengancam. Tak hanya itu, kata Syafruddin, risiko sosial pun terbuka lebar, yakni konflik antara warga yang membutuhkan kayu berhadapan dengan aparat penjaga hutan. Dalam catatannya, di Pulau Jawa saja kini terdapat lebih 6.300 desa yang berbatasan dengan hutan. “Ini semua karena kebijakan menaikkan harga minyak tanah lebih 185%. Pemerintah SBY (SusiloBambang Yudhoyono) harus bertanggungjawab atas risiko yang fatal dari kebijakan yang gegabah itu,” ujarnya. Sunudyantoro