Pelabuhan TPI Purnama di Dumai, dimana April lalu Ng Hai Kuan gembong narkoba Malaysia memasukan 46.5 kg sabu ke Dumai. Tempo/Agung Sedayu
TEMPO.CO, Jakarta - Kawasan perbatasan dengan Malaysia kerap menjadi pintu masuk narkotik ke Indonesia. Investigasi Tempo dalam majalah Tempo yang terbit pekan ini menemukan bahwa sejumlah daerah perbatasan di Malaysia memiliki kampung-kampung narkotik yang memasok narkoba ke Indonesia. Seperti di kawasan Teluk Tawau, Sabah, Malaysia, yang memiliki sejumlah kampung narkoba.
Salah satunya adalah Kampung Titingan. Kampung di tepi Teluk Tawau itu juga dikenal dengan sebutan Ice Box karena di sana dulu pernah berdiri pabrik es batu. Jarak kampung itu ke Pulau Sebatik, Kalimantan Utara, hanya sekitar 20 menit menggunakan speedboat.
Kampung itu kumuh dengan rumah-rumah panggung di atas pantai. Warga kampung juga sangat tertutup dengan orang asing. Polisi pun tidak mudah masuk ke sana. Bulan lalu, warga melempari batu ke patroli polisi yang coba masuk ke kawasan itu.
"Di sini tempat transit narkotik sebelum didistribusikan ke tempat lain, termasuk Indonesia," ujar polisi Pondok Polis Titingan, Fauzi Mutalib, kepada Tempo. Harga sabu di kawasan itu Rp 600-700 juta per kilogram. Setelah dikirim ke Indonesia, harga melonjak hingga Rp 2 miliar.
Sekitar 5 kilometer dari Titingan juga ada kampung narkotik bernama Kampung Batu Empat. Menurut Adi, 27 tahun, penduduk sekitar Batu Empat, di kampung itu narkotik bebas dijual.
Sabu dari Ice Box dan Batu Empat sering kali dikirim menggunakan speedboat ke pelabuhan-pelabuhan tikus di Sebatik dan Nunukan. Tidak jarang narkotik dibawa menggunakan kapal angkut penumpang dan barang. Hal itu memungkinkan karena pengawasan pelabuhan di Nunukan sangat longgar. Peralatan sinar-X di pelabuhan ekspor-impor Tunon Taka, Nunukan, tidak ada yang berfungsi. Alhasil, barang dan penumpang dari Malaysia leluasa melintas tanpa diperiksa. Hal yang sama juga terjadi di pelabuhan lain, seperti di Sungai Jepun dan Sungai Bolong.