Orang Tua Siswa Pemegang KMS Menenteng Ponsel Pintar

Reporter

Editor

Raihul Fadjri

Kamis, 11 Juni 2015 17:53 WIB

Guru SMK 2 mengukur tinggi badan calon siswa baru jalur Keluarga Menuju Sejahtera (KMS) di Jetis, Yogyakarta, Selasa (21/6). Pendaftaran siswa baru jalur KMS ini mulai 20 - 21 Juni untuk menjamin ketersediaan tempat didik bagi siswa dari keluarga kurang mampu dan akan diumumkan esok 22 Juni, sementara pendaftaran jalur reguler akan dibuka pada tanggal 27 Juni 2011. TEMPO/Suryo Wibowo

TEMPO.CO, Yogyakarta - Aktivis pemantau pendidikan menengarai pemberian bantuan pendidikan lewat Kartu Menuju Sejahtera (KMS) tidak tepat sasaran. Buktinya, ada orang tua siswa dan siswa penerima KMS yang kedapatan mengenakan pakaian mahal lengkap dengan perhiasan serta menenteng telepon seluler pintar.

“Kami kurang yakin bahwa warga yang bisa memenuhi kebutuhan sekundernya itu sampai kesulitan membayar biaya pendidikan,” ujar aktivis Forum Pemantau Independen (Forpi) Kota Yogyakarta, Baharuddin Kamba, Kamis, 11 Juni 2015.

Menurut Baharuddin, jika dibiarkan, pemberian bantuan pendidikan yang salah sasaran ini bakal memicu protes masyarakat. Terutama mereka yang secara ekonomi betul-betul miskin dan tak terdata karena bukan pemegang KMS. “Ujungnya, pemerintah bisa dianggap diskriminatif,” katanya.

Untuk mengantisipasi munculnya anggapan pemerintah melakukan diskriminasi, Forpi Yogyakarta pada 11-17 Juni ini membuka pos pengaduan pendataan penerimaan siswa baru pemegang KMS. Pos ini dipusatkan di kompleks Balai Kota Yogyakarta.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Edi Heri Suasana menuturkan penentuan siswa pemegang KMS merupakan wewenang Dinas Sosial. “Kami hanya melakukan pendataan terhadap siapa pun pemegang KMS,” ujarnya.

Dalam proses penerimaan siswa baru tahun ini, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta menyediakan kuota 25 persen khusus bagi siswa pemegang kartu KMS tingkat sekolah menengah pertama dan sekolah menengah kejuruan. Sedangkan kuota bagi siswa sekolah menengah kejuruan 5 persen.

PRIBADI WICAKSONO

Berita terkait

Gibran Bakal Evaluasi KIS dan KIP Agar Lebih Tepat Sasaran

24 hari lalu

Gibran Bakal Evaluasi KIS dan KIP Agar Lebih Tepat Sasaran

Gibran Rakabuming Raka menyebut akan mengevaluasi program Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP) agar lebih tepat sasaran.

Baca Selengkapnya

Cerita dari Kampung Arab Kini

27 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

31 hari lalu

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

12 Maret 2024

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

8 Maret 2024

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram

Baca Selengkapnya

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

4 Maret 2024

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.

Baca Selengkapnya

BPJS Kesehatan Jadi Syarat Buat SKCK Mulai 1 Maret 2024, Begini Prosedurnya

29 Februari 2024

BPJS Kesehatan Jadi Syarat Buat SKCK Mulai 1 Maret 2024, Begini Prosedurnya

Untuk membuat SKCK, masyarakat kini wajib menjadi peserta program JKN BPJS Kesehatan per 1 Maret 2024. Bagaimana prosedurnya?

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut Ada 267 Juta Peserta BPJS Kesehatan: Kalau Sakit Ringan ke Puskesmas Saja

24 Januari 2024

Jokowi Sebut Ada 267 Juta Peserta BPJS Kesehatan: Kalau Sakit Ringan ke Puskesmas Saja

Presiden Jokowi menyebutkan sebanyak 267 juta masyarakat Indonesia memiliki kartu BPJS Kesehatan yang juga melayani pasien dengan penyakit berat.

Baca Selengkapnya

Jokowi Klaim di Indonesia Warga Berobat Tak Dipungut Biaya

23 Januari 2024

Jokowi Klaim di Indonesia Warga Berobat Tak Dipungut Biaya

Presiden Jokowi mengharapkan BPJS kesehatan dan Kartu Indonesia Sehat dapat bermanfaat bagi warga Indonesia.

Baca Selengkapnya

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

20 Januari 2024

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.

Baca Selengkapnya