Hebat, Pria Yogya Ini Selamatkan Sungai, Turis Jadi Betah
Editor
Yosep suprayogi koran
Jumat, 5 Juni 2015 09:46 WIB
TEMPO.CO, Yogyakarta - Sepeninggal Yusuf Bilyarta Mangunwijaya yang lebih dikenal sebagai Romo Mangun pada 1999, pelestarian lingkungan di kawasan Kali Code Yogyakarta sempat meredup. Kawasan sungai yang membelah Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, hingga Kabupaten Bantul sepanjang 42 kilometer itu kian terancam akibat maraknya permukiman warga di bantaran sungai.
Kondisi tersebut mendorong seorang mantan guru yang juga warga bantaran Code Kampung Jetisharjo, Kota Yogyakarta, Totok Pratopo, 48 tahun, membentuk sebuah komunitas penyelamat Code bernama Forum Masyarakat Code Utara pada 2001.
Forum kemudian menjadi cikal bakal terbentuknya sebuah komunitas pelestari sungai, yakni Pemerti Code, pada 2008. Komunitas ini menjadi forum pertemuan para aktivis penyelamat Code, dari hulu di Kali Boyong Sleman hingga hilir Code di Bantul. “Kawasan sungai tidak bisa diklaim hanya milik warga bantaran,” ujar Totok saat ditemui Tempo di Kampung Jetisharjo, Yogyakarta, 4 Juni 2015.
Totok menuturkan jika dulu Romo Mangunwijaya lebih menyasar ke aspek kemanusiaan agar keberadaan warga bantaran Code diakui pemerintah, saat ini persoalan itu sudah bergeser. Tantangannya, kata dia, bagaimana warga bisa menjaga sungai agar tetap lestari.
Melalui Forum Masyarakat Code Utara, Totok mulai mendekati warga di bantaran sungai agar tidak lagi membangun permukiman terlalu dekat dengan tebing sungai. Meski tak mudah, usaha tersebut perlahan membuahkan hasil. Dari kampung yang awalnya kumuh dan sesak, Code utara kini menjadi lebih sejuk dan nyaman. Wisatawan luar negeri dan mahasiswa tertarik untuk datang dan tinggal di kampung bantaran Code. Hal ini membuat warga bantaran Code lainnya iri. Mereka pun meminta Totok menyulap kampungnya seperti Code utara.
Kampung Susun
Totok menuturkan, usaha penyelamatan Code tak mungkin dilakukan hanya di wilayah kota atau bagian tengah saja. Dia lalu mengusulkan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta sebuah konsep kampung susun, yakni sebuah kampung bantaran dengan konstruksi lebih aman dan ramah lingkungan. Pada 2014, usul tersebut melahirkan sebuah program hunian transit berupa rumah susun sewa Gemawang di Kelurahan Sinduadi Mlati, Sleman. “Ini akan menjadi lokasi transit sementara warga Code saat permukiman aslinya di bantaran sungai dibenahi,” ujarnya.
Dia mengakui aktivitas penyelamatan Code tak banyak menghasilkan materi yang bisa menghidupi keluarganya. Namun bukan berarti dia merasa kekurangan. Pelestarian lingkungan sungai membuat Totok bisa hidup dari aktivitas pemandu wisata wahana tracking yang sampai sekarang menjadi primadona wisatawan.
Karena kegigihannya melestarikan Kali Code, Kementerian Lingkungan Hidup menganugerahi Totok dengan hadiah Kalpataru untuk kategori pembina. Ada sebelas orang yang mendapatkan Kalpataru dari 130 kandidat yang diseleksi dari berbagai penjuru Indonesia.
PRIBADI WICAKSONO | IQBAL MUHTAROM