Chito bermain dengan seekor buaya raksasa di Siquirres, Kosta Rika, Agustus 2009. Dr Vladimir Dinets, seorang peneliti di University of Tennessee mengatakan kepada Dailymail, pada 11 Februari 2015, bahwa buaya memiliki sifat lembut juga. Buaya ingin bersenang-senang, berselancar arus, dan naik di punggung masing-masing. Barry Bland/Barcroft Media/Getty Images
TEMPO.CO,Malang - Kemunculan buaya muara (Crocodylus porosus) di aliran Sungai Porong, Dusun Awar-Awar, Kabupaten Sidoarjo, menunjukkan populasi buaya muara yang tersisa di pesisir Jawa Timur. Buaya muara merupakan satwa langka yang statusnya dilindungi. "Populasinya terus menurun akibat rusaknya habitat," kata Ketua Protection of Forest & Fauna Rosek Nursahid, Rabu, 27 Mei 2015.
Di Jawa Timur, habitat buaya rusak akibat perkembangan kota. Demi alasan pembangunan dan perkembangan industri, habitat hutan mangrove berubah menjadi tambak dan permukiman. Sedangkan perburuan buaya di Jawa tak semarak di luar jawa.
Perburuan buaya marak, kata dia, karena semua bagian tubuh buaya bisa dimanfaatkan. Karena itu, banyak buaya diburu untuk dibunuh ataupun ditangkarkan. "Populasi buaya semakin terancam," katanya.
Menurut dia, buaya memiliki peranan penting dalam rantai makanan. Secara ekologis, buaya berperan mengendalikan populasi ikan dan burung air. Untuk itu, populasi buaya harus terjaga dan dilestarikan. Balai Konservasi Sumber Daya Alam harus turun tangan untuk menggiring buaya masuk semakin dalam ke hutan mangrove.
Upaya pelestarian buaya, kata dia, harus melibatkan semua pihak terkait. Lantaran habitat buaya semakin susut, kelestariannya terancam.