Kapitalisme Global Kuatkan Budaya Patriarki

Reporter

Selasa, 26 Mei 2015 07:35 WIB

Sejumlah aktivis Solidaritas Perempuan melakukan aksi demo memperingati Hari Perempuan Internasional di depan Istana Negara, Jakarta. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO , Yogyakarta: Solidaritas Perempuan menyerukan perlawanan terhadap efek globalisasi ekonomi yang memicu pembangunan eksploitatif di Indonesia. Seruan itu menjadi rekomendasi utama Konferensi Perempuan yang digelar oleh Solidaritas Perempuan di Hotel University Club, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta pada 23-24 Mei 2015.

Ketua Badan Eksekutif Nasional Solidaritas Perempuan, Wahida Rustam mengatakan konferensi yang diikuti perwakilan organisasi aktivis gerakan perempuan dari 22 kota di Indonesia itu menyimpulkan kapitalisme global selama ini justru menguatkan budaya patriarki.

Penyebabnya, pembangunan dengan orientasi eksploitatif di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia, memicu peningkatan intensitas pelanggaran hak-hak kaum perempuan. "Kami mengajak gerakan perempuan di akar rumput untuk melawan penetrasi globalisasi ekonomi dan budaya," katanya.

Wahida menjelaskan ketidakadilan terhadap perempuan terjadi tidak hanya akibat aktivitas ekonomi yang eksploitatif terhadap sumber daya alam dan manusia. Arus budaya global, yang dikendalikan pasar, telah mendorong eksploitasi besar-besaran terhadap kaum perempuan. "Misalnya, mengubah pola pikir perempuan Indonesia sehingga terjebak budaya konsumtif," kata dia.

Karena itu, Wahida mengimbuhkan, gerakan perempuan perlu berfokus membangun kemandirian banyak komunitas perempuan di sektor perekonomian. Komunitas perempuan di akar rumput, menurut dia, juga perlu didorong memiliki kesadaran mengenai pentingnya melawan penetrasi global dengan strategi budaya. Wahida mencontohkan, praktiknya bisa berupa mendorong komunitas perempuan di pedesaan kembali mengembangkan dan memanfaatkan sumber daya pangan lokal.

Wahida juga mendesak pemerintah segera mengubah arah strategi pembangunan. Dia mengatakan konferensi menyerukan agar pemerintah menyusun program pembangunan yang berdasar pada perspektif menghadapi dampak negatif globalisasi dan pemulihan hak-hak perempuan.

Seruan serupa juga ditujukan ke kalangan perempuan yang menempati posisi strategis di sektor pengambilan kebijakan, baik di pusat, daerah hingga pedesaan.

Salah satu panitia konferensi, Titi Suntoro mengatakan diskusi di acara itu banyak berfokus membahas efek negatif kultur globalisasi yang menciptakan monetrisasi cara pandang kehidupan masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia.

Pembangunan yang eksploitatif, menurut dia, terbukti menguatkan mekanisme operasi budaya patriarki sekaligus ketidakadilan terhadap kaum perempuan. "Kami akan mengampanyekan rekomendasi ini ke semua gerakan perempuan di Indonesia," kata dia.

ADDI MAWAHIBUN IDHOM

Berita terkait

Puan dan Peserta KTT di Prancis Sepakat Perjuangkan Hak Perempuan

9 Maret 2024

Puan dan Peserta KTT di Prancis Sepakat Perjuangkan Hak Perempuan

Sejumlah gagasan yang disampaikan Puan diadopsi pada joint statement di KTT Ketua Parlemen Perempuan.

Baca Selengkapnya

International Women's Day Jogja 2024, Srikandi UGM: Rebut Kembali Hak Perempuan yang Tidak Diperjuangkan Pejabat Negara

8 Maret 2024

International Women's Day Jogja 2024, Srikandi UGM: Rebut Kembali Hak Perempuan yang Tidak Diperjuangkan Pejabat Negara

Peringatan International Women's Day Jogja 2024, Ketua Divisi Aksi dan Propaganda Srikandi UGM sebut mengusung tema "Mari Kak Rebut Kembali!"

Baca Selengkapnya

6 Negara yang Aman untuk Solo Traveling Perempuan

8 Desember 2023

6 Negara yang Aman untuk Solo Traveling Perempuan

Melakukan solo traveling untuk perempuan kini bukanlah hal yang mustahil. Berikut ini rekomendasi negara yang aman untuk solo traveling perempuan.

Baca Selengkapnya

Nasabah PNM Mekaar Aceh Menjadi Teladan Pemecahan KDRT

25 November 2023

Nasabah PNM Mekaar Aceh Menjadi Teladan Pemecahan KDRT

Kisah Juliana soal perempuan dan perjuangan atas hak-haknya.

Baca Selengkapnya

Indonesia Kembali Terpilih Jadi Anggota Dewan HAM PBB, Peroleh Suara Tertinggi

11 Oktober 2023

Indonesia Kembali Terpilih Jadi Anggota Dewan HAM PBB, Peroleh Suara Tertinggi

Indonesia kembali terpilih menjadi anggota Dewan HAM PBB periode 2023 - 2026 dengan perolehan suara tertinggi sepanjang sejarah pencalonannya.

Baca Selengkapnya

Aktivis Perempuan Peroleh Nobel Perdamaian 2023, Begini Perlakuan Iran terhadap Wanita

7 Oktober 2023

Aktivis Perempuan Peroleh Nobel Perdamaian 2023, Begini Perlakuan Iran terhadap Wanita

Penganugerahan Nobel Perdamaian kepada aktivis yang dipenjara, Narges Mohammadi, telah meningkatkan pengawasan terhadap hak-hak perempuan di Iran.

Baca Selengkapnya

Narges Mohammadi, Aktivis Iran yang Dipenjara, Menang Nobel Perdamaian 2023

6 Oktober 2023

Narges Mohammadi, Aktivis Iran yang Dipenjara, Menang Nobel Perdamaian 2023

Narges Mohammadi, aktivis hak perempuan asal Iran yang kini masih dipenjara, memenangkan Penghargaan Nobel Perdamaian 2023.

Baca Selengkapnya

Marak Debat Hak Perempuan dan Aborsi di Pilpres Argentina, Kementerian Perempuan Terancam Ditutup

5 Oktober 2023

Marak Debat Hak Perempuan dan Aborsi di Pilpres Argentina, Kementerian Perempuan Terancam Ditutup

Pilpres yang sedang berlangsung di Argentina menyoroti debat tentang hak perempuan dan akses aborsi.

Baca Selengkapnya

7 Film Inspiratif tentang Kesetaraan Gender, He Named Me Malala Salah Satunya

16 Juni 2023

7 Film Inspiratif tentang Kesetaraan Gender, He Named Me Malala Salah Satunya

Kesetaraan gender adalah isu yang terus diperjuangkan di seluruh dunia. Film memiliki kekuatan untuk mengangkat isu-isu sosial ini. Apa saja?

Baca Selengkapnya

KPU dan Komnas Perempuan Niat Hadirkan Pemilu 2024 yang Ramah Perempuan dan Inklusif

2 Juni 2023

KPU dan Komnas Perempuan Niat Hadirkan Pemilu 2024 yang Ramah Perempuan dan Inklusif

KPU dan Komnas perempuan bertemu untuk bicarakan Pemilu 2024 yang ramah perempuan dan inklusif. Apa maksudnya?

Baca Selengkapnya