Beras Plastik Marak, Beras Organik Melonjak

Reporter

Jumat, 22 Mei 2015 18:03 WIB

Petugas memasukan beras kedalam kantong plastik sebelum dibagikan pada pengungsi di pusat distribusi pangan PBB di kamp pengungsian Shati, Gaza (6/8). AP/Hatem Moussa

TEMPO.CO, Yogyakarta -Petani organik di Daerah Istimewa Yogyakarta meraup untung dari konsumen beras, yang was-was terhadap beredarnya beras berbahan sintetis. Ketua Kelompok Tani Catur Sari di Kabupaten Sleman, Johan Arifin, mengatakan permintaan beras organik melonjak ketika beras berbahan plastik beredar di Bekasi, Jawa Barat. Di Yogyakarta permintaan beras organik meningkat. Itu terjadi pada agen beras yang biasa mengambil beras produksi Kelompok Tani Catur Sari.

Johan menghitung setiap agen beras organik kini rata-rata melayani 150 hingga 250 kilogram beras per pekan. Sedangkan, kelompok tani Catur Sari setidaknya bisa menjual 6 ton beras organik setiap pekan. Sebelum beras plastik beredar, setiap agen beras hanya melayani 50 hingga 100 kilogram. “Masyarakat banyak yang takut. Mereka yang biasa membeli di supermarket berpindah membeli beras petani organik,” kata Johan, Jumat, 22 Mei 2015.

Dia mengatakan banyak konsumen yang datang langsung ke rumahnya untuk membeli beras organik. Mereka datang dari banyak kalangan, satu di antaranya adalah dokter. Agen yang menjual beras produksi Kelompok Tani Catur Sari tak hanya tersebar di Yogyakarta, melainkan Semarang dan Jakarta. Selain mencukupi kebutuhan dalam negeri, petani organik yang Johan dampingi juga mengekspor beras organik ke Prancis, Singapura, Malaysia, dan Nepal.


Harga beras organik jenis mentik wangi per kilogram Rp 10.500 hingga Rp 11 ribu, mentik susu Rp 13 ribu, beras merah organik Rp 11 ribu, dan beras hitam Rp 17 ribu. “Kami kewalahan memenuhi permintaan beras organik,” kata Johan.

Direktur Institut Promoting Sustainable Livelihood Approach, Sarijo, mengatakan beredarnya beras sintetis menunjukkan permainan pedagang yang bersekutu dengan orang-orang yang berniat jahat. Kasus ini menurut dia menggambarkan buruknya pengelolaan beras di Indonesia.

“Menjual beras plastik itu lebih jahat dari mafia beras karena pelan-pelan membunuh konsumen dan petani,” kata Sarijo.

Dia berharap pemerintah menelusuri penjualan beras sintetis hingga tuntas. Sebab, peredaran beras plastik ini sangat merugikan dan meresahkan masyarakat. Sarijo mengatakan beredarnya beras plastik ini persoalan serius yang berhubungan dengan kemandirian pangan. Dia menyarankan pemerintah memperhatikan pengelolaan pangan berbasis rumah tangga dan komunitas.

Pendekatan komunitas di desa ini penting agar konsumen juga bisa mengetahui proses produksi secara langsung. Setiap rumah tangga harus dipastikan mendapat pangan yang cukup. Selain itu, konsumsi beras langsung dari komunitas desa atau petani akan membuat mereka mandiri.

Sarijo yang juga anggota Kelompok Kerja Ahli Dewan Ketahanan Pangan mengkritik pendataan konsumsi beras penduduk Indonesia yang perlu pembenahan. Berdasarkan hitungan pemerintah, konsumsi beras per kapita per tahun setiap orang sebanyak 99 hingga 129 kilogram. Penghitungan itu perlu perbaikan karena tak semua orang mengkonsumsi beras. Masyarakat Indonesia ada juga yang mengkonsumsi sumber karbohidrat lainnya, yakni jagung, ketela pohon. Menurut hitungan dia, di desa-desa lumbung pangan mencukupi kebutuhan sehingga tak perlu impor.

SHINTA MAHARANI

Berita terkait

Cara Mencegah Munculnya Kutu Beras

26 Februari 2024

Cara Mencegah Munculnya Kutu Beras

Kutu beras biasa ditemukan pada tanaman di ladang sebelum panen, namun biasanya baru terlihat beberapa waktu kemudian, setelah pengolahan.

Baca Selengkapnya

Pakar Teknologi Pangan IPB Jelaskan Soal Heboh Beras Plastik

13 Oktober 2023

Pakar Teknologi Pangan IPB Jelaskan Soal Heboh Beras Plastik

Slamet Budijanto mengatakan informasi beras plastik yang beredar di masyarakat dan menjadi perbincangan banyak orang adalah hoax.

Baca Selengkapnya

Heboh Beras Plastik, Pakar di UGM Jelaskan Mengapa Nasi Bisa Memantul

11 Oktober 2023

Heboh Beras Plastik, Pakar di UGM Jelaskan Mengapa Nasi Bisa Memantul

Wakil Ketua Pusat Halal UGM Nanung Danar Dono menyebut informasi yang beredar di media sosial terkait peredaran beras plastik adalah hoaks.

Baca Selengkapnya

Polres Cianjur Telusuri Laporan Biji Plastik di Beras Bantuan Kemensos

30 September 2020

Polres Cianjur Telusuri Laporan Biji Plastik di Beras Bantuan Kemensos

Polres Cianjur, Jawa Barat, kembali mendapat laporan terkait biji plastik yang ditemukan dalam karung beras bantuan Kementerian Sosial

Baca Selengkapnya

Heboh Soal Beras Plastik, Bulog Jamin Kualitas Beras Bansos

23 September 2020

Heboh Soal Beras Plastik, Bulog Jamin Kualitas Beras Bansos

Bulog menjamin beras bansos tak mengandung plastik.

Baca Selengkapnya

Viral Nasi Plastik di RM Padang, Polisi: Tak Ada Bukti  

29 Agustus 2017

Viral Nasi Plastik di RM Padang, Polisi: Tak Ada Bukti  

Polisi tidak menemukan bukti adanya nasi plastik di rumah makan Padang di Jakarta Pusat yang videonya viral.

Baca Selengkapnya

Tip Mengolah Beras agar Terhindar dari Zat Kimia

15 Mei 2016

Tip Mengolah Beras agar Terhindar dari Zat Kimia

Chef Yanuar Demi dari Crowne Plaza Hotel Bandung berbagi tip agar beras bersih dari zat kimia berbahaya.

Baca Selengkapnya

Benda Mencurigakan di Kantor Agama Tangsel Ternyata Kamera  

2 Oktober 2015

Benda Mencurigakan di Kantor Agama Tangsel Ternyata Kamera  

Benda mencurigakan yang berada di dalam kantong plastik berwarna merah telah diidentifikasi tim Gegana Polda Metro Jaya.

Baca Selengkapnya

Beras ini Ternyata Mengandung Pewangi Pandan dan Bahan Hama

27 Juni 2015

Beras ini Ternyata Mengandung Pewangi Pandan dan Bahan Hama

Beras ini sebenarnya adalah beras non organik bermerk Burung Dara yang berasal dari Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Beras Plastik Simpang-Siur, Begini Nasib Penemunya

31 Mei 2015

Beras Plastik Simpang-Siur, Begini Nasib Penemunya

Markas Besar Kepolisian RI akan mengirim sampel beras tersebut ke Universitas Indonesia dan Institut Pertanian Bogor.

Baca Selengkapnya