Protes Sabda Raja, Pengamanan Keraton Beraksi Tapa Pepe

Reporter

Jumat, 8 Mei 2015 06:59 WIB

Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pembayun, putri sulung Sri Sultan Hamengku Buwono X, diangkat sebagai putri mahkota Kesultanan Yogyakarta. Pengangkatan ini diresmikan lewat Sabda Raja di Siti Hinggil, Keraton Yogyakarta, 5 Mei 2015. Wikipedia.org

TEMPO.CO, Yogyakarta - Sejumlah elemen masyarakat yang selama ini loyal dengan Keraton Yogyakarta mempersiapkan aksi Tapa Pepe atau protes dengan jalan berjemur di tengah terik matahari guna mempertanyakan Sabda Raja yang dikeluarkan Raja Keraton Sultan Hamengku Buwono X.

Tapa Pepe ini rencananya akan dilakukan secepatnya dalam pekan ini atau awal pekan depan, dengan melibatkan sekitar 60 elemen yang dipusatkan di Alun-Alun Utara atau depan kompleks keraton. Tapa Pepe dinilai sebagai usaha terakhir rakyat menyikapi sesuatu yang dirasa mendesak dan mengkhawatirkan.

"Tapa Pepe ini bukan aksi untuk melawan raja, kami ingin bertanya langsung dulu apa sebenarnya maksud Sabda Raja itu, ini sangat meresahkan," ujar Komandan Paguyuban Seksi Keamanan Keraton (Paksi Katon) Mohammad Suhud kepada Tempo Kamis 7 Mei 2015.

Paksi Katon sendiri merupakan salah satu organisasi pengamanan keraton yang terbentuk dari unsur sipil. Kelompok ini biasanya turun saat terjadi isu atau dinamika menyangkut kondisi keraton.

Suhud menuturkan, pihaknya yang selama ini cukup loyal menjaga institusi keraton tak sepakat jika benar Sabda Raja itu untuk mengubah sejumlah pokok paugeran keraton yang sudah turun temurun. Tak hanya pengubahan gelar Sultan, namun juga wacana adanya raja perempuan.

Wacana raja perempuan semakin menguat pasca Sultan HB X menahbiskan putri sulungnya sendiri Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pembayun dengan gelar baru GKR Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawono Langgeng Ing Mataram. Gelar baru itu disebut-sebut sebagai penobatan putri mahkota sebelum diangkat jadi raja.

"Loyalitas dan penghormatan kami hanya kepada institusi dan budaya keraton agar tetap terjaga, namun untuk pribadi-pribadi di dalamnya (keraton) bukan hal wajib dihormati," ujar Suhud.

Paksi Katon pun selaku unsur masyarakat siap menolak dan melawan jika Sabda Raja memang bertujuan untuk mengubah paugeran yang sudah dijaga berabad-abad.

"Raja dan kerajaan tidak akan ada tanpa rakyat, sebagai rakyat kami mendesak paugeran yang sudah terjamin juga dalam undang-undang keistimewaan ini tak diotak-atik," ujar dia.

"Kami hanya menghormati raja dari keraton yang menjunjung paugeran Mataram Islam, kalau paugeran diubah berarti ada raja dan kerajaan baru," ujarnya.

PRIBADI WICAKSONO

Berita terkait

Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh

9 hari lalu

Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh

Sultan Hamengku Buwono X meminta agar Kulon Progo memilah investor agar tidak menimbulkan masalah baru seperti kawasan kumuh.

Baca Selengkapnya

Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

17 hari lalu

Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

Sultan Hamengku Buwono X dan Paku Alam X absen gelar open house selama empat tahun karena pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

18 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

Tahun ini, tradisi Grebeg Syawal tidak lagi diperebutkan tapi dibagikan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Bagaimana sejarah Grebeg Syawal?

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

19 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.

Baca Selengkapnya

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

28 hari lalu

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.

Baca Selengkapnya

Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

43 hari lalu

Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

Sultan Hamengku Buwono X mengaku heran karena kembali muncul kasus antraks di Sleman dan Gunungkidul Yogyakarta. Diduga karena ini.

Baca Selengkapnya

60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

48 hari lalu

60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

Penetapan Hari Jadi DI Yogyakarta merujuk rangkaian histori berdirinya Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat

Baca Selengkapnya

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

49 hari lalu

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

Perjanjian Giyanti berkaitan dengan hari jadi Yogyakarta pada 13 Maret, tahun ini ke-269.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

50 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

50 hari lalu

Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

Keraton Yogyakarta selama ini masih intens menggelar upacara adat untuk mempertahankan tradisi kebudayaan Jawa.

Baca Selengkapnya