Menteri Kesehatan, Nila Djuwita Moeloek, melakukan sidak alat pendeteksi virus Ebola di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, 3 November 2014. Sidak tersebut dilakukan untuk memperketat masuknya virus ebola ke Indonesia melalui bandara dan pelabuhan. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat.
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan Nila Djuwita Farid Moeloek mengatakan PT Kalbe Farma lalai saat memproduksi obat bius Buvanest Spinal. Akibatnya, dua orang pasien Rumah Sakit Siloam Tangerang, Banten, meninggal dunia.
"Hasil investigasi ada kesalahan saat proses produksi," kata Nila di Kementerian Kesehatan, Senin, 23 Maret 2015. Kalbe dituding lalai dalam mengawasi obat yang diproduksi.
Menurut dia, Kementerian sudah memerintahkan Badan Pengawas Obat dan Makanan untuk mencabut izin edar Buvanest. Selain itu, seluruh Buvanest yang sudah ada harus ditarik dan dimusnahkan.
Kepala Badan POM Roy Sparingga mengatakan langkah ini diambil untuk meminimalisir adanya potensi risiko. Memang, kata dia, tidak ada kasus di rumah sakit lain, tapi Kementerian Kesehatan dan Badan POM mencegah hal serupa terjadi. Roy menuturkan dugaan kesalahan terjadi di area pengemasan sekunder sebelum diberi label. "Memang tidak ada bukti, tapi kami menduga kesalahan terjadi di proses ini," kata dia.
Sebelumnya, kasus obat suntik produksi PT Kalbe Farma bermula dari meninggalnya dua pasien Rumah Sakit Siloam Tangerang pada pertengahan Februari lalu. Keduanya tewas setelah disuntik obat bius Buvanest Spinal. Belakangan diketahui bahwa yang diberikan bukan Buvanest, melainkan obat dengan kandungan asam Tranexamat.
Buvanest buatan Kalbe yang digunakan Siloam diproduksi pada akhir November tahun lalu. Produksi obat bius oleh Kalbe dilakukan secara massal, satu kali produksi 14.000-an buah, kemudian didistribusikan ke rumah sakit yang terafiliasi dengan Kalbe.