Sri Sultan Hamengkubuwono X, berikan sambutan atas logo baru Jogja istimewa di kompleks kantor Gubernur DI. Yogyakarta, 5 Februari 2015. TEMPO/Suryo Wibowo
TEMPO.CO, Yogyakarta -Raja Keraton yang juga Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, meminta masyarakat tak mampu di pedesaan tak ngoyo atau memaksakan diri dan minder jika tak bisa melanjutkan pendidikan sampai perguruan tinggi.
"Kalau sudah ada sekolah menengah kejuruan yang baik, masyarakat di desa enggak usah melu-melu (ikut-ikut) kuliah kalau enggak mampu (biaya)," ujar Sultan kepada Tempo seusai menghadiri persemian gedung baru Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Gedangsari di Kabupaten Gunung Kidul, Kamis, 5 Maret 2015.
Sultan menganggap SMK kini sudah semakin maju dan bisa menjawab kebutuhan masyarakat untuk modal hidup mandiri. "Teori dan keterampilannya yang diberikan SMK sudah makin membentuk kemandirian itu."
Sultan menilai, dengan semakin meratanya sekolah kejuruan di pedesaan, taraf hidup masyarakat pun semakin meningkat. Juga, membuka sektor-sektor baru sehingga tak melulu mengandalkan hasil pertanian yang harganya fluktuatif.
"(Membuka usaha) dengan modal mesin jahit cukup 1 meter persegi, enggak seperti petani butuh 1 hektare lahan," ujarnya.
Sultan menambahkan, dengan makin terbukanya berbagai peluang kemandirian melalui ekonomi kreatif yang ditawarkan SMK, industri-industri besar tak perlu lagi masuk atau mendirikan pabrik-pabrik di pedesaan guna menyerap pengangguran.
"Tumbuhnya ekonomi mandiri dari keterampilan SMK juga diharapkan menekan urbanisasi, wong sudah bisa mandiri di sini (desa)," katanya.
SMKN 2 yang diresmikan Menteri Pendidikan Anies Baswedan tersebut berkonsentrasi pada jurusan tata busana. Kecamatan terpencil di perbatasan Kabupaten Gunung Kidul dan Klaten, Jawa Tengah, yang paling kerap dilanda longsor, itu merupakan salah satu sentra batik Gunung Kidul.