TEMPO Interaktif, Cirebon:Sekitar 10 ribu buruh, perajin dan pengusaha meubel rotan yang tergabung dalam MP2RSI (Masyarakat perajin, pengusaha rotan seluruh indonesia) Wilayah III Cirebon melakukan unjuk rasa menolak dibukanya kembali ekspor rotan mentah ke luar negeri, Kamis (28/7). Aksi ini bermula dari sentra industri rotan kabupaten Cirebon, Tegalwangi, menuju ke kawasan kompleks pemerintahan kabupaten Cirebon, Sumber. Arus lalu lintas Tegalwangi-Sumber sepanjang 10 km pun sempat mengalami kemacetan total oleh iring-iringan ratusan kendaraan bermotor mereka. Di depan Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), Koordinator Pengunjuk Rasa, Basir, mendesak pemimpin instansi itu menandatangi surat pernyataan mendukung aksi mereka. "Pengumpulan 10 ribu KTP ini sebagai bentuk protes keras terhadap menteri perdagangan yang telah mengeluarkan SK No 12 tahun 2005 tersebut," tegas Basir dari atas truk. Achsanudin Adi, Kepala Disperindag sendiri, pun memenuhi permintaan itu dan berjanji akan membawa salinan 10 ribu KTP milik perajin rotan ke Jakarta. Ia bersama bupati Cirebon menyatakan akan menemui Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu pekan depan. Aksi tersebut kemudian dilanjutkan ke gedung DPRD dan Kantor Bupati Cirebon. Sementara itu Bupati Cirebon, Dedi Supardi, saat ditemui pada kesempatan terpisah mengatakan bahwa industri meubel rotan di kabupaten Cirebon menyerap sekitar 650 ribu pekerja. "Bayangkan kalau bahan baku rotan saat ini sulit didapatkan. Mau dikemanakan mereka sebanyak ini," tuturnya. Ivansyah