KPK Diserang, UGM Dorong Jokowi Lebih Berani  

Reporter

Minggu, 1 Februari 2015 14:31 WIB

Budi Gunawan dan Bambang Widjojanto, 25 Januari 2015.TEMPO/Imam Sukamto, Dhemas Reviyanto

TEMPO.CO, Yogyakarta - Guru besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, Purwo Santoso, menilai berlarutnya konflik antara KPK dan Polri terjadi karena hukum telah menjadi senjata untuk berpolitik. Akibatnya, prinsip netralitas hukum justru menjadi tempat persembunyian kepentingan politik. "Saat ini kondisi pemberantasan korupsi mendekati situasi gawat darurat," kata Purwo saat bersama puluhan akademikus lintas kampus dalam menyampaikan pernyataan sikap mengenai kisruh KPK vs Polri di kampus UGM, Ahad, 1 Februari 2015. (Baca: Akademikus Yogya Minta Jokowi Tidak Lantik BG)

Purwo mengaku khawatir karena berlarutnya konflik antara KPK dan Polri seolah mengulang kembali tragedi cicak versus buaya pada 2009. Karena itu, dia mendukung desakan komunitas akademikus lintas kampus yang berkumpul di UGM sejak Ahad pagi agar Presiden Joko Widodo mengambil langkah tegas dan berani dalam masalah ini. "Ini bagian dari mitigasi bencana agar negara tidak semakin rapuh karena korupsi," ujarnya.

Purwo mengingatkan, KPK dulu dibentuk dengan alasan adanya keraguan terhadap integritas dan kemampuan lembaga penegak hukum dalam memberantas korupsi. Namun, dalam kasus konflik KPK dengan Polri saat ini, lembaga baru untuk antirasuah justru tampak sedang diserang oleh lembaga lama yang bermasalah. "Sebagai upaya mitigasi, konflik ini harus dituntaskan sejak awal mungkin."

Sedangkan guru besar Fakultas Psikologi UGM, Djamaludin Ancok, menganggap martabat bangsa Indonesia saat ini sedang dipermalukan di depan dunia. Ini terjadi karena petugas pemberantasan korupsi malah disandera dan aparat penegak hukum justru bermasalah dengan hukum. (Baca: Budi Gunawan Siapkan 20 Poin Praperadilan)

Guru besar sosiologi UGM, Susetiawan, juga mengeluhkan berlarutnya konflik KPK dengan Polri. Menurut, dia permainan hukum untuk menghambat pemberantasan korupsi telah mengarah pada tindakan anarkistis.

Di tempat yang sama, Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Edi Suwandi Hamid menilai konflik antarlembaga penegak hukum itu sudah mengarah ke penghancuran KPK. "Masalah ketatanegaraan saat ini bisa menghancurkan masa depan bangsa," kata mantan Rektor Universitas Islam Indonesia itu.

ADDI MAWAHIBUN IDHOM




Baca berita lainnya:
Cerita Ahok: Jokowi Bukan Takut Bu Mega Tapi...
MA: Gugatan Praperadilan Budi Gunawan Sulit

AirAsia Jatuh, Prancis Selidiki Dugaan Pembunuhan

QZ8501, Terungkap Pilot Matikan Kontrol Komputer

Disebut Bakal Gantikan BG, Ini Kata Budi Waseso

Berita terkait

Khawatir Ada Titipan, Novel Baswedan Harap Unsur Masyarakat dalam Pansel KPK Diperbanyak

55 menit lalu

Khawatir Ada Titipan, Novel Baswedan Harap Unsur Masyarakat dalam Pansel KPK Diperbanyak

Novel Baswedan, mengomentari proses pemilihan panitia seleksi atau Pansel KPK.

Baca Selengkapnya

Pengacara Jelaskan Kondisi Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Usai Dilaporkan ke KPK

3 jam lalu

Pengacara Jelaskan Kondisi Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Usai Dilaporkan ke KPK

Bekas Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy Hutahaean disebut butuh waktu untuk beristirahat usai dilaporkan ke KPK

Baca Selengkapnya

Istri akan Dampingi Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Klarifikasi LHKPN di KPK

6 jam lalu

Istri akan Dampingi Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Klarifikasi LHKPN di KPK

KPK menjadwalkan pemanggilan Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta, Rahmady Effendy Hutahaean, untuk memberikan klarifikasi soal kejanggalan LHKPN

Baca Selengkapnya

9 Mantan Komisioner KPK Kirim Surat ke Jokowi soal Kriteria Pansel KPK

9 jam lalu

9 Mantan Komisioner KPK Kirim Surat ke Jokowi soal Kriteria Pansel KPK

Pemilihan Pansel KPK patut menjadi perhatian karena mereka bertugas mencari figur-figur komisioner dan Dewan Pengawas KPK mendatang.

Baca Selengkapnya

Pansel KPK Tuai Perhatian dari Sejumlah Kalangan, Istana dan DPR Beri Respons

10 jam lalu

Pansel KPK Tuai Perhatian dari Sejumlah Kalangan, Istana dan DPR Beri Respons

Pembentukan Pansel Capim KPK menuai perhatian dari sejumlah kalangan. Pihak Istana dan DPR beri respons ini.

Baca Selengkapnya

Penjelasan Istri Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta soal Pinjaman Rp 7 Miliar yang jadi Polemik

12 jam lalu

Penjelasan Istri Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta soal Pinjaman Rp 7 Miliar yang jadi Polemik

Margaret Christina Yudhi Handayani Rampalodji, istri bekas Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy Hutahaean menjelaskan asal-usul Rp 7 miliar.

Baca Selengkapnya

Penyitaan Rumah dalam Kasus Korupsi, Terbaru Rumah Syahrul Yasin Limpo dan Tamron Raja Timah Bangka

12 jam lalu

Penyitaan Rumah dalam Kasus Korupsi, Terbaru Rumah Syahrul Yasin Limpo dan Tamron Raja Timah Bangka

Penyitaan rumah dalam dugaan kasus korupsi Syahrul Yasin Limpo dan Tamron Raja Timah Bangka. Apa landasan penyitaan aset tersangka korupsi?

Baca Selengkapnya

2 Selebritas Windy Idol dan Nayunda Nabila Diperiksa KPK, Tersangkut Kasus Korupsi Siapa?

14 jam lalu

2 Selebritas Windy Idol dan Nayunda Nabila Diperiksa KPK, Tersangkut Kasus Korupsi Siapa?

Windy Idol dan Nayunda Nabila Nizrinah terseret dalam dugaan kasus korupsi yang berbeda hingga diperiksa KPK. Apa sangkut pautnya?

Baca Selengkapnya

Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Diseret Urusan PT Cipta Mitra Agro, Pengacara: Itu Bisnis Istrinya

16 jam lalu

Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Diseret Urusan PT Cipta Mitra Agro, Pengacara: Itu Bisnis Istrinya

Pengacara eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy merasa heran kliennya diseret dalam kasus yang melibatkan perusahaan sang istri.

Baca Selengkapnya

KPK Periksa Kepala Bea Cukai Purwakarta Senin Mendatang soal LHKPN yang Janggal

1 hari lalu

KPK Periksa Kepala Bea Cukai Purwakarta Senin Mendatang soal LHKPN yang Janggal

KPK menjadwalkan pemanggilan Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy Hutahaean pada Senin pekan depan.

Baca Selengkapnya