Mantan Presiden SBY dan putranya Edhie Baskoro Yudhoyono meninggalkan Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, 20 Oktober 2014. TEMPO/Subekti.
TEMPO.CO,Jakarta - Kontroversi majalah satire asal Prancis, Charlie Hebdo, mengusik presiden keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono. Melalui akun Twitter-nya, SBY mencuit tentang penyerangan kantor Charlie Hebdo di Paris. (Baca : OKI Kutuk Serangan CharlieHebdo)
Menurut SBY, penyerangan Charlie Hebdo itu disebabkan oleh perbedaan pandangan dalam menilai kebebasan. "Bagi dunia Barat, karikatur Nabi Muhammad bagian dari kebebasan (freedom of speech or expression). Mutlak, tak boleh dibatasi," tulis SBY pada akunnya @SBYudhoyono.
Sedangkan bagi umat Islam, "Membuat gambar Nabi Muhammad, apalagi karikatur sangat ditabukan. Ini juga berlaku bagi umat Islam sendiri," cuit SBY. (Baca : Dua Penyerang CharlieHebdo Tewas?)
Perbedaan inilah yang menjadi masalah. SBY menyarakan agar kelak semua orang bisa saling memahami dan menghormati pandangan masing-masing yang berbeda. "Membuat karikatur Nabi Muhammad bukan hanya membikin marah kaum yang ekstrim dan radikal, tetapi juga umat Islam secara keseluruhan," kata SBY menegaskan.
Namun, SBY melanjutkan, pemimpin Islam bertanggung jawab mencegah kekerasan oleh muslim. Apalagi pembunuhan, meski dilakukan terhadap oknum yang dianggap menghina Islam.
Sebaliknya, pemimpin Barat juga bertanggung jawab agar kebebasan tidak digunakan untuk menista Islam. "Misalnya karikatur Nabi Muhammad," kata SBY.