Tragedi Dukun Santet Banyuwangi Mesti Diusut Lagi

Reporter

Rabu, 10 Desember 2014 22:47 WIB

Ilustrasi: TEMPO/Mahfoed Gembong

TEMPO.CO, Banyuwangi - Pusat Studi Hukum dan Hak Asasi Manusia Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi, Jawa Timur, mendesak pemerintah dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia untuk mengusut kembali tragedi pembantaian warga Banyuwangi yang diduga dukun santet pada 1998. "Hingga 16 tahun, dalang utama di balik pembantaian itu belum diadili," kata Ketua Pusat Hukum dan HAM Untag Didik Suhariyanto, Rabu, 10 Desember 2014.

Tragedi "dukun santet" itu menewaskan 148 orang di Banyuwangi. Selain itu, 118 orang lainnya dijebloskan ke penjara karena dituding sebagai dukun santet. Para korban tewas karena digantung, dibakar, dan dianiaya massa. Sebagian besar para korban berasal dari warga Nahdlatul Ulama (NU), seperti guru mengaji dan pengurus masjid.

Tragedi tersebut, kata Didik, terjadi dalam masa transisi dari era Orde Baru ke era Reformasi. Pembantaiannya dilakukan secara sistematis dengan pelaku berpakaian ninja yang cukup terampil. Penegakan hukum dalam kasus itu hanya sebatas menjerat pelaku lapangan yang hanya ikut-ikutan dengan warga lain untuk ikut membantai.

Menurut Didik, tragedi "dukun santet" itu menimbulkan trauma mendalam bagi warga Banyuwangi. Bahkan, Banyuwangi sempat dicap sebagai kota santet. Para keluarga korban pun enggan mengungkit kasus itu karena takut dianggap mewarisi santet dari orang tuanya.

Desakan yang sama juga disampaikan bekas investigator tragedi "dukun santet" dari NU, Abdillah Rafsanjani. Menurut Abdillah, terkuaknya dalang dalam pembantaian itu sangat bergantung pada kemauan pemerintah untuk menegakkan keadilan untuk korban HAM. "Kami berharap pemerintah mau mengusut lagi kasus ini," ujarnya.

Menurut Abdillah, pihaknya siap memberikan bukti-bukti yang mengindikasikan keterlibatan aparat negara dalam tragedi itu. Dia juga meminta Komnas HAM memperhatikan nasib keluarga korban, yang saat ini masih mengalami trauma mendalam.

IKA NINGTYAS


Berita lain:

Akhirnya Ical Mendukung Perpu Pilkada Langsung
Jokowi Tak Disambut Siswa di Yogyakarta
Gubernur FPI Akhirnya Punya Kantor, Dimana?

Berita terkait

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

9 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Israel Diduga Menghalang-halangi Investigasi Pelanggaran HAM dalam Serangan 7 Oktober

13 hari lalu

Israel Diduga Menghalang-halangi Investigasi Pelanggaran HAM dalam Serangan 7 Oktober

Komisi penyelidikan independen terhadap pelanggaran HAM di Israel dan Palestina menuding Israel menghalangi penyelidikan terhadap serangan 7 Oktober oleh Hamas.

Baca Selengkapnya

MK Serukan Dukungan untuk Palestina di Forum Dunia

41 hari lalu

MK Serukan Dukungan untuk Palestina di Forum Dunia

MK RI menyerukan dukungan untuk Palestina dalam forum pertemuan Biro World Conference on Constitutional Justice atau WCCJ ke-21 di Venice, Italia.

Baca Selengkapnya

Anggota Komite HAM PBB Tanya soal Dugaan Intervensi Jokowi di Pilpres 2024: Apakah Sudah Diinvestigasi?

46 hari lalu

Anggota Komite HAM PBB Tanya soal Dugaan Intervensi Jokowi di Pilpres 2024: Apakah Sudah Diinvestigasi?

Anggota Komite HAM PBB Bacre Waly Ndiaye mempertanyakan dugaan intervensi Jokowi di Pilpres 2024 dalam sidang di Jenewa, Swiss.

Baca Selengkapnya

KontraS Kritik Respons Pemerintah Soal Pemilu dan HAM di ICCPR Jenewa

47 hari lalu

KontraS Kritik Respons Pemerintah Soal Pemilu dan HAM di ICCPR Jenewa

KontraS menyayangkan respons delegasi Indonesia terhadap berbagai kritik dan pertanyaan dari ICCPR.

Baca Selengkapnya

International Women's Day, Perempuan Indonesia Bicara Carut-Marut Rezim Jokowi: Tuntut Penegakan Demokrasi

52 hari lalu

International Women's Day, Perempuan Indonesia Bicara Carut-Marut Rezim Jokowi: Tuntut Penegakan Demokrasi

Aliansi Perempuan Indonesia menuntut penegakan demokrasi dan supremasi hukum

Baca Selengkapnya

Kini Siap Kerja Sama, Mengapa AS Dulu Mencekal Prabowo?

54 hari lalu

Kini Siap Kerja Sama, Mengapa AS Dulu Mencekal Prabowo?

Prabowo Subianto punya hubungan kurang harmonis dengan Amerika Serikat (AS). Dia pernah masuk dalam daftar hitam selama 20 tahun.

Baca Selengkapnya

Andri Alapas Terpilih sebagai Direktur LBH Pekanbaru 2024-2028, Ketua YLBHI: Persoalan Demokrasi Tantangan ke Depan

29 Februari 2024

Andri Alapas Terpilih sebagai Direktur LBH Pekanbaru 2024-2028, Ketua YLBHI: Persoalan Demokrasi Tantangan ke Depan

Andri Alapas terpilih sebagai Direktur LBH Pekanbaru Periode 2024-2028 pada Kamis, 29 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Sederet Intimidasi terhadap Mereka yang Gaungkan Pemakzulan Jokowi

25 Februari 2024

Sederet Intimidasi terhadap Mereka yang Gaungkan Pemakzulan Jokowi

Bagaimana intimidasi dan kekerasan terjadi kepada para pihak yang menggaungkan pemakzulan presiden.

Baca Selengkapnya

Alasan KY Perpanjang Masa Pendaftaran Calon Hakim Agung dan Ad Hoc HAM di MA

22 Februari 2024

Alasan KY Perpanjang Masa Pendaftaran Calon Hakim Agung dan Ad Hoc HAM di MA

KY telah menerima 120 pendaftar konfirmasi untuk calon hakim agung.

Baca Selengkapnya