Kapal penangkap ikan Oryong 501 dioperasikan oleh Sajo Industries, dikabarkan tenggelam di Laut Bering, lepas pantai wilayah Chukotka timur jauh Rusia, 1 Desember 2014. Satu orang tewas dan nasib lebih dari 50 lainnya tidak diketahui. REUTERS/Sajo Industri /Yonhap
TEMPO.CO, Slawi - Satu dari 35 warga Indonesia korban tenggelamnya kapal Korea Selatan, Oryong 501, di Rusia, Warno, 37 tahun, belum tahu bahwa anak keduanya sudah lahir. Sebab, Warno bertolak ke Korea Selatan sejak Juli 2014.
Istri Warno, Titin Arlina, mengatakan, saat suaminya berangkat ke Korea Selatan, dirinya masih mengandung anak kedua mereka. Kini, anak kedua mereka sudah genap berusia 1 bulan dan diberi nama Virza Teguh Arifin. “Mas Warno belum tahu kalau anak keduanya sudah lahir,” kata Titin, Kamis, 4 Desember 2014. (Baca: Nasib ABK Oryong, Tertipu dan Kandas di Laut Rusia)
Warno terakhir kali menghubungi Titin lewat pesan pendek pada 7 Juli 2014, saat usia kandungannya baru berumur lima bulan. Titin mengaku tidak punya firasat buruk ihwal keberangkatan suaminya ke Korea. Sebab, Warno sudah berpengalaman menjadi ABK di Korea Selatan dan berpindah-pindah kapal sejak 1999. (Baca: 14 Nelayan Pantura ABK Kapal Oryong yang Tenggelam)
Kapal Oryong adalah kapal terakhir yang disinggahi Warno sejak 2013 melalui PT Koindo Maritim. Sepulang dari Korea Selatan pada Desember 2013, Warno libur selama tujuh bulan dan baru berangkat untuk kedua kalinya dengan kapal Oryong 501 pada Juli lalu. “Biasanya pulang setahun sekali. Liburnya bisa tiga bulan sampai enam bulan,” kata Titin. (Baca: Insiden Kapal Oryong, Ditemukan Lagi 11 Jenazah)
Kapal Oryong 501 membawa 60 awak yang terdiri atas 35 warga negara Indonesia, 11 asal Korea Selatan, 13 asal Filipina, dan 1 warga Rusia. Kapal ikan berbendera Korea Selatan ini tenggelam akibat cuaca buruk dan dihantam gelombang setinggi lebih dari 13 meter.