Solar Naik, Hasil Tangkapan Ikan Turun 80 Persen  

Reporter

Jumat, 28 November 2014 18:19 WIB

sxc.hu

TEMPO.CO, Pacitan - Kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi berdampak penurunan produksi tangkapan ikan nelayan di wilayah perairan Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Sebelumnya, jumlah ikan yang masuk tempat pelelangan Pelabuhan Perikanan Pantai Tamperan mencapai 10 ton per hari. Namun kini rata-rata hanya 2 ton per hari.

"Hasil tangkapan ikan menurun karena hanya beberapa kapal jenis purse seine yang berangkat melaut. Nelayan yang memakai kapal jenis sekoci dan kapal tradisional memilih tidak mencari ikan," kata Misni, salah seorang nelayan setempat, Jumat, 28 November 2014. (Simak berita sebelumnya: Solar Naik, Nelayan di Pacitan Berhenti Melaut)

Menurut dia, dari 42 kapal purse seine yang mangkal di pantai Pacitan, tak lebih dari separuhnya yang turun ke laut. Selebihnya memilih parkir di pantai lantaran biaya operasional untuk pembelian solar, stok makanan para anak buak kapal, dan es batu sebagai pengawet ikan makin membengkak. "Sekarang kami mengeluhkan biaya produksi yang tinggi, tapi harga jual ikan justru turun," ujar Misni.

Rochani, salah satu pengusaha ikan laut segar sekaligus pemilik kapal pusrse seine, mengatakan biaya produksi per satu kapal untuk menangkap ikan mencapai Rp 45 juta. Angka tersebut lebih besar dibanding sebelumnya, saat harga solar bersubsidi belum naik atau masih Rp 5.500 per liter. Saat itu, biaya yang dikeluarkan untuk sekali melaut selama tujuh hari hanya Rp 30 juta. (Baca: Pertamina Buat 10 SPDN Bergerak untuk BBM Nelayan)

Karena itu, Rochani hanya mengoperasikan tiga dari lima kapal miliknya. Penghematan ini dilakukan untuk menyiasati naiknya harga solar. Apalagi, saat ini jumlah ikan yang ditangkap makin sedikit karena gelombang dan arus laut masih sering tinggi. "Pengusaha lain juga mengurangi kapal yang diberangkatkan. Bahkan, nelayan andon (pendatang) yang menggunakan kapal sekoci pulang ke daerah asalnya masing-masing," ujar Rochani.

Para nelayan andon di Pacitan mayoritas berasal dari Sinjai, Sulawesi Selatan. Menurut dia, dari 200 kapal sekoci yang sebelumnya mangkal di Pelabuhan Perikanan Pantai Tamperan, sekarang tinggal 20 unit. Para nelayan andon memilih pulang karena cuaca tidak bersahabat dan tingginya biaya operasional untuk melaut. (Lihat pula: BPH Migas Dukung Menteri Susi Batasi BBM Nelayan)



NOFIKA DIAN NUGROHO




Berita Terpopuler:
Jurus Saling Kunci Jokowi dengan Koalisi Prabowo
Ruhut: Demokrat Tolak Dukung Hak Interpelasi
Ini Isi Surat Anas dan Akil ke Kepala Rutan KPK
Tiga Momen Kedekatan Jokowi dan Menteri Susi
Alasan Akbar Cs Sarankan Penundaan Munas Golkar

Berita terkait

Hendak Ambil Tangkapan Ikan, Nelayan di Bangkalan Malah Temukan Buaya 3 Meter

3 hari lalu

Hendak Ambil Tangkapan Ikan, Nelayan di Bangkalan Malah Temukan Buaya 3 Meter

Buaya masuk ke hutan mangrove di Bangkalan saat air pasang diduga karena tertarik oleh ikan-ikannya yang terperangkap jala nelayan.

Baca Selengkapnya

Pemkab Kukar Berhasil Tuntaskan Program 25 Ribu Nelayan Produktif

6 hari lalu

Pemkab Kukar Berhasil Tuntaskan Program 25 Ribu Nelayan Produktif

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutai Kartanegara (Kukar) berhasil menjalankan program 25 ribu nelayan produktif, bahkan melebihi target pencapaian.

Baca Selengkapnya

KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

24 hari lalu

KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

KJRI mengatakan, APPM mengatakan 3 kapal nelayan Natuna ditangkap karena melaut di dalam perairan Malaysia sejauh 13 batu dari batas perairan.

Baca Selengkapnya

Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

26 hari lalu

Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

Tiga kapal nelayan Indonesia asal Natuna ditangkap oleh penjaga laut otoritas Malaysia. Dituding memasuki perairan Malaysia secara ilegal.

Baca Selengkapnya

Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih

27 hari lalu

Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih

Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik yang memuat hulu-hilir pengelolaan pemanfaatan BBL.

Baca Selengkapnya

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

31 hari lalu

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

Tradisi Lomban setiap bulan Syawal di jepara telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Polisi Gagalkan Penyelundupan Sabu dari Malaysia, Pelaku yang Menyamar Nelayan Diupah Rp 10 Juta per Kg

32 hari lalu

Polisi Gagalkan Penyelundupan Sabu dari Malaysia, Pelaku yang Menyamar Nelayan Diupah Rp 10 Juta per Kg

Bareskrim Polri menangkap lima tersangka tindak pidana narkotika saat hendak menyeludupkan 19 kg sabu dari Malaysia melalui Aceh Timur.

Baca Selengkapnya

Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

38 hari lalu

Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

Walhi dan Pokja Pesisir Kalimantan Timur sebut kerusakan Teluk Balikpapan salah satunya karena efek pembangunan IKN.

Baca Selengkapnya

Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

42 hari lalu

Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) mengungkap sejumlah permasalahan nelayan masih membutuhkan perhatian serius dari pemerintah.

Baca Selengkapnya

Tidak Ditenggelamkan, Dua Kapal Illegal Fishing Diserahkan ke Nelayan Banyuwangi

50 hari lalu

Tidak Ditenggelamkan, Dua Kapal Illegal Fishing Diserahkan ke Nelayan Banyuwangi

Menteri KKP Wahyu Sakti Trenggono menyerahkan dua kapal illegal fishing ke nelayan di Banyuwangi, Jawa Timur.

Baca Selengkapnya