Pemerhati Anak Seto Mulyadi atau kak Seto. TEMPO/Dasril Roszandi
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Pembina Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Seto Mulyadi mengatakan sistem pendidikan di Tanah Air tidak kondusif. Dampaknya ialah banyak kasus perisakan yang menimpa anak. (Menteri Anies Janji Benahi 70 Persen Sekolah Buruk)
Menurut dia, banyaknya kasus perisakan di Indonesia disebabkan oleh sistem pendidikan yang masih dilingkupi beragam permasalahan baik di lingkungan formal (sekolah) maupun keluarga. "Kurikulum pendidikan diciptakan untuk anak, bukan anak untuk kurikulum," ujarnya di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Ahad, 23 November 2014.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima 622 laporan kasus kekerasan terhadap anak dari Januari hingga April 2014. KPAI mencatat, dalam empat tahun terakhir, kasus kekerasan terhadap anak tertinggi pada 2013 dengan jumlah kasus sebanyak 1.615. Sedangkan pada 2011 terjadi 261 kekerasan terhadap anak. Pada 2012, ada 426 kasus. (Kekerasan terhadap Anak Meningkat, Negara Alpa)
Kurikulum pendidikan saat ini, kata Seto, cukup padat dan sulit dicerna oleh sebagian khalayak sekolah. Selain itu, masih banyak guru yang kurang kreatif dalam menerapkan sistem pembelajaran. Dampaknya, Seto menambahkan, anak akan semakin mencari sahabat di tempat lain.
"Mungkin saja ketika anak mencari sahabat di luar, persahabatannya penuh dengan nuansa kekerasan," ujar pencipta karakter Si Komo itu. Selain itu, ia juga menganjurkan guru dan orang tua agar tidak bertindak sebagai komandan atau bos terhadap anak.