TEMPO.CO, Mataram - Target produksi padi Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 2,16 juta ton gabah kering giling terancam tak tercapai. Kekeringan menyebabkan area tanam padi berkurang hingga 7.822 hektare menjadi 430.235 hektare. Produktivitas pun turun dari 50,08 kuintal menjadi 48,35 kuintal per hektare. (Baca: Oktober, Waduk Gajah Mungkur Setop Pasok Air Irigasi)
Badan Pusat Statistik NTB merilis angka ramalan kedua 2014. Hasil ramalannya, produksi padi diperkirakan turun dari 2,19 juta ton menjadi 2,08 juta ton. "Luas panen berkurang, produktivitas pun turun," ujar Kepala BPS NTB Wahyudin, Senin sore, 3 November 2014. (Baca: Tahun Depan, Produksi Padi Capai 72 Juta Ton)
Wahyudin menuturkan realisasi luas panen padi pada Januari-Agustus 2014 adalah 395.624 hektare, terdiri atas 241.856 hektare padi sawah dan 62.108 hektare padi ladang.
Sementara itu, BPS memperkirakan produksi jagung akan meningkat signifikan dari 633.773 ton menjadi 775.436 ton pipil kering pada tahun ini. Ubi kayu juga diprediksi meningkat sebesar 18.675 ton menjadi 77.761 ton. Dan ubi jalar naik dari 11.335 menjadi 15.792 ton.
Sebaliknya, produksi kedelai diperkirakan turun dari 91.065 menjadi 86.683 ton biji kering. Demikian pula produksi kacang tanah yang diprediksi susut dari 41.889 menjadi 36.237 ton biji kering.
SUPRIYANTHO KHAFID
Terpopuler:
Dirut PT Pos Jadi Tersangka Kasus Korupsi
Menteri Susi Stop Izin Kapal Mulai Pekan Ini
Cara Menteri Susi Berantas Pencurian Ikan
Harga BBM Pasti Naik, Ini Alasan Menteri Sofyan
Berita terkait
Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?
8 hari lalu
Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024
Baca SelengkapnyaTerkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka
8 hari lalu
Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.
Baca SelengkapnyaImpor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik
9 hari lalu
BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.
Baca SelengkapnyaBPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen
9 hari lalu
Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.
Baca SelengkapnyaBPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan
9 hari lalu
BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.
Baca SelengkapnyaSurplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit
9 hari lalu
Surplus perdagangan Indonesia pada Maret 2024 tembus US$ 4,47 miliar. Surplus 47 bulan berturut-turut.
Baca SelengkapnyaTimur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak
9 hari lalu
Badan Pusat Statistik atau BPS membeberkan lonjakan harga komoditas akibat memanasnya tekanan geopolitik di Timur Tengah.
Baca SelengkapnyaFaisal Basri Tanggapi Airlangga Hartarto soal Produksi Beras Anjlok 5,88 Juta Ton karena El Nino: Bluffing Luar Biasa
17 hari lalu
Faisal Basri mengkritik statment Airlangga Hartarto dalam sidang sengketa Mahkamah Konstitusi yang menyebut produksi beras di Indonesia turun karena El Nino.
Baca SelengkapnyaPenerbangan Internasional di Bandara Sultan Hasanuddin Airport Makassar Meningkat 8,29 Persen
27 hari lalu
Aktivitas penerbangan internasional yang datang, berangkat, dan transit di Bandara Sultan Hasanuddin Airport Makassar pada Februari 2024 meningkat.
Baca SelengkapnyaBPS: Kenaikan Harga Beras Eceran 2024 Paling Tinggi Sejak 2011
29 hari lalu
Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia A. Widyasanti mengatakan harga beras eceran mengalami kenaikan sebesar 2,06 persen secara bulanan.
Baca Selengkapnya