Ekonomi Surakarta Diperkirakan Melambat  

Reporter

Editor

Raihul Fadjri

Selasa, 7 Oktober 2014 15:04 WIB

Seorang petugas dari Bank Indonesia dengan mengenakan pakaian tokoh pewayangan memperkenalkan kepada warga desain baru uang kertas pecahan Rp. 10.000 dan Rp. 1.000 di depan Taman Sriwedari, Solo, Senin (20/7). Tempo/ Andry Prasetyo

TEMPO.CO, Surakarta - Bank Indonesia Surakarta memprediksi perekonomian di eks Karesidenan Surakarta, Jawa Tengah, melambat pada semester pertama 2014. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Solo Ismet Inono mengatakan pertumbuhan ekonomi diperkirakan antara 5,1-5,6 persen. Lebih rendah dari tahun lalu yang mencapai 5,51 persen.

Menurut Ismet, kondisi tersebut disebabkan perlambatan investasi, tingginya suku bunga perbankan, dan melemahnya nilai tukar rupiah. Ekspor juga masih tertekan karena permintaan global belum sepenuhnya pulih. “Sehingga komoditas unggulan seperti tekstil dan produk tekstil, mebel kayu, dan rotan tidak banyak terserap pasar global,” katanya di sela diskusi kajian ekonomi regional eks Karesidenan Surakarta semester I 2014, Selasa, 7 Oktober 2014.

Ismet mengatakan konsumsi masyarakat juga melemah. Komoditas tersier seperti sepeda motor misalnya. Bank Indonesia Surakarta mencatat pendaftaran sepeda motor baru di semester I 2014 hanya tumbuh 0,7 persen dibanding awal 2013. Padahal di semester II-2013, pendaftaran sepeda motor baru tumbuh 17,8 persen.

Perlambatan investasi, lanjut Ismet, terjadi karena pengusaha bersikap menunggu hasil pemilu legislatif maupun pemilu presiden. Bank Indonesia Surakarta mencatat realisasi investasi dari 6 kabupaten/kota di eks Karesidenan Surakarta di semester I-2014 mencapai Rp 1,99 triliun. Pada periode yang sama tahun lalu, realisasi investasi sebesar Rp 8,82 triliun.

Ismet berharap perlambatan ekonomi tidak akan terjadi pada 2015. Dia memperkirakan perekonomian kembali menguat seiring membaiknya permintaan global. “Kami memprediksi pertumbuhan ekonomi di eks Karesidenan Surakarta pada 2015 di kisaran 5,3-5,8 persen,” katanya.

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Surakarta Teguh Prakosa menilai kunci pertumbuhan ekonomi ada pada kestabilan politik. Menurutnya jika politik stabil, ekonomi akan tumbuh. “Tentunya juga harus melihat potensi tiap daerah untuk mendukung perekonomian,” ucapnya. Dia mengatakan tiap daerah harus menjaga pertumbuhan ekonominya sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi secara kawasan.

Ismet mengatakan, hal lain yang perlu diwaspadai adalah inflasi. Jika tidak dikelola dengan baik, inflasi akan menggerus pertumbuhan ekonomi. “Seperti saat ini, harga BBM belum naik tapi sudah ada dampaknya. Ada yang bersiap naikkan harga,” katanya.

Menurut Ismet, ini karena masyarakat menganggap harga akan naik ketika harga BBM naik. Padahal sampai sekarang belum ada keputusan menaikkan harga BBM subsidi. Sehingga perlu komunikasi antara pelaku usaha dan pemangku kebijakan. Agar pengusaha tidak menggunakan dasar ekspektasi untuk menaikkan harga.

UKKY PRIMARTANTYO

Berita terkait

Kepala Perwakilan BI Solo Sebut Kendala-kendala yang Masih Dihadapi UMKM

16 jam lalu

Kepala Perwakilan BI Solo Sebut Kendala-kendala yang Masih Dihadapi UMKM

Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) harus konsisten menerapkan kualitas hasil produksi jika ingin bisa bertahan di tengah dinamika ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Beberkan Langkah Sinergi Pengendalian Inflasi

1 hari lalu

BI Beberkan Langkah Sinergi Pengendalian Inflasi

Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menyatakan pihaknya terus memperkuat sinergi dan mendukung upaya pengendalian inflasi daerah.

Baca Selengkapnya

BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen

2 hari lalu

BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen

Survei BI mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer triwulan I 2024 tetap naik, tecermin dari pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial triwulan I 2024 sebesar 1,89 persen

Baca Selengkapnya

Grab Indonesia Sebut Ekonomi Nasional Beri Harapan bagi Pelaku Industri

2 hari lalu

Grab Indonesia Sebut Ekonomi Nasional Beri Harapan bagi Pelaku Industri

Grab Indonesia sebut ekonomi nasional memberi harapan bagi para pelaku usaha untuk bisa terus menjaga daya saing produk atau layanan

Baca Selengkapnya

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

2 hari lalu

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

Rupiah melemah dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan domestik, apa saja?

Baca Selengkapnya

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

5 hari lalu

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

Survei Konsumen Bank Indonesia atau BI pada April 2024 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat.

Baca Selengkapnya

Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama

6 hari lalu

Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama

Gubernur BI dan Gubernur Bank Sentral UEA menyepakati kerja sama penggunaan mata uang lokal untuk transaksi bilateral.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

8 hari lalu

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

Berita terpopuler ekonomi dan bisnis pada Kamis, 9 Mei 2024, dimulai dari deretan masalah dari Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis atau PPDS.

Baca Selengkapnya

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

9 hari lalu

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

Bank Indonesia mendorong aktivitas bayar tunai, namun BI mengimbau agar merchant tetap bisa menerima dan melayani pembayaran tunai

Baca Selengkapnya

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

9 hari lalu

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

Kenaikan suku bunga acuan atau BI rate menarik aliran modal asing masuk ke Indonesia.

Baca Selengkapnya