Uji Materi UU MD3 Ditolak, JK: Tak Adil untuk Rakyat

Reporter

Selasa, 30 September 2014 14:54 WIB

Wakil presiden terpilih Jusuf Kalla menjawab pertanyaan sejumlah awak media usai smenghadiri acara Sarasehan Nasional Ulama Pesantren dan Cendekiawan di Pondok Pesantren Al-Hikam, Beji, Depok, Ahad, 31 Agustus 2014. Tempo/Ilham Tirta

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil presiden terpilih Jusuf Kalla menyatakan putusan Mahkamah Konstitusi terhadap permohonan uji materi Undang-Undang MPR, DPR, DPD, dan DPRD (MD3) tidak mencerminkan suara rakyat. "Kami menghargai putusan itu, namun, dari sisi keadilan, aspirasi masyarakat tidak tercermin di dalamnya," kata JK, panggilan Jusuf Kalla, seusai menghadiri peluncuran buku Wijayanto Samirin, Deputi Rektor Universitas Paramadina, di Energy Tower, SCBD, Jakarta, Selasa, 30 September 2014.

Permohonan uji materi diajukan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, partai pengusung Joko Widodo-Jusuf Kalla dalam pemilihan presiden. Mereka keberatan atas isi Pasal 84 UU MD3 yang tidak memastikan partai pemenang pemilu legislatif memimpin Dewan Perwakilan Rakyat. Pasal itu menyatakan pimpinan DPR dipilih berdasarkan hasil voting dalam rapat paripurna. Walhasil, kursi Ketua DPR sulit didapatkan oleh PDIP yang merupakan pemenang pemilu legislatif. (Baca: MK Tolak Gugatan Uji Materi UU MD3)

Kursi tertinggi wakil rakyat itu kemungkinan besar jatuh ke tangan partai anggota koalisi pendukung bekas calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Sebab, jumlah mereka lebih banyak dibanding anggota koalisi Jokowi-JK di Senayan. Santer beredar kabar bahwa koalisi Prabowo sudah memberikan jatah kursi pimpinan DPR ke Partai Golkar. (Baca: Aria Bima Yakin Menang di MK Soal UU MD3)

Menurut JK, Ketua DPR seharusnya dipilih berdasarkan hasil pemilu legislatif. Seperti halnya dalam pemerintahan saat ini, yakni Ketua DPR berasal dari Partai Demokrat, juara pemilu legislatif 2009. Namun JK menyadari putusan MK sudah bersifat final, sehingga harus diterima. (Baca: Perebutan Kursi Ketua DPR, PDIP Coba Lobi Politik)

JK yakin jabatan Ketua DPR yang bakal diisi lawan politiknya tidak akan menyulitkan pemerintahnya ke depan. Sebab, tugas Ketua DPR hanya membuat undang-undang, mengawasi pemerintah, serta mengesahkan anggaran. Ihwal undang-undang, JK mengatakan tidak akan banyak memberi usul kepada DPR. "Makin banyak UU, semakin repot juga," ujarnya.

Dia juga tak risau bakal dijegal saat mengusulkan anggaran proyek pemerintah. Sebab, penganggaran tidak dibahas sendiri oleh DPR, tapi bersama pemerintah. Lagi pula, kata JK, DPR melalui Badan Anggaran tak lagi mengurusi teknis anggaran yang telah dihapus karena rawan korupsi. "Mereka hanya membahas program," katanya.

TRI SUHARMAN

Berita Terpopuler
Koalisi Prabowo Usulkan Pilpres oleh MPR Lagi
Penjual Kue Putu di Malang Tantang Amien Rais
Koalisi Merah Putih Targetkan Revisi UU KPK
Kejutan, Maria Londa Rebut Emas Asian Games

Berita terkait

Hakim MK Saldi Isra Cecar Bawaslu Soal Tanda Tangan Pemilih di Bangkalan yang Mirip

11 jam lalu

Hakim MK Saldi Isra Cecar Bawaslu Soal Tanda Tangan Pemilih di Bangkalan yang Mirip

Hakim MK Saldi Isra menyoroti tanda tangan pemilih pada daftar hadir TPS di Desa Durin Timur, Kecamatan Konang, Bangkalan yang memiliki kemiripan bentuk.

Baca Selengkapnya

Hakim Saldi Isra Guyon Soal Kekalahan Tim Bulu Tangkis Indonesia di Sidang Sengketa Pileg

13 jam lalu

Hakim Saldi Isra Guyon Soal Kekalahan Tim Bulu Tangkis Indonesia di Sidang Sengketa Pileg

Hakim MK Saldi Isra, melemparkan guyonan alias candaan mengenai Tim Bulu Tangkis Indonesia di Piala Thomas dan Uber 2024 dalam sidang sengketa pileg.

Baca Selengkapnya

Kala Sistem Noken dalam Pileg 2024 di Papua Tengah Dirundung Masalah

15 jam lalu

Kala Sistem Noken dalam Pileg 2024 di Papua Tengah Dirundung Masalah

Hakim MK kembali menegur KPU RI karena tidak membawa bukti berupa hasil noken atau formulir C Hasil Ikat Papua Tengah.

Baca Selengkapnya

Hakim MK Tegur KPU karena Tak Bawa Hasil Noken di Sidang Sengketa Pileg Papua Tengah

15 jam lalu

Hakim MK Tegur KPU karena Tak Bawa Hasil Noken di Sidang Sengketa Pileg Papua Tengah

Hakim MK Enny Nurbaningsih menegur KPU RI karena tidak membawa bukti berupa hasil noken atau formulir C Hasil Ikat Papua Tengah.

Baca Selengkapnya

Hakim MK Tegur Anggota Bawaslu Papua Tengah yang Datang Terlambat di Sidang Sengketa Pileg

16 jam lalu

Hakim MK Tegur Anggota Bawaslu Papua Tengah yang Datang Terlambat di Sidang Sengketa Pileg

Hakim MK Arief Hidayat menegur anggota Bawaslu Papua Tengah yang datang terlambat dalam sidang sengketa Pileg 2024 di panel 3, hari ini

Baca Selengkapnya

Hari Ini MK Gelar Sidang Lanjutan Pemeriksaan Sengketa Pileg, Ada 55 Perkara

19 jam lalu

Hari Ini MK Gelar Sidang Lanjutan Pemeriksaan Sengketa Pileg, Ada 55 Perkara

MK kembali menggelar sidang sengketa Pemohonan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum hasil Pemilihan Legislatif 2024, Senin, 6 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Isi Kuliah Umum di Binus, Ketua MK Beberkan Soal Pengujian Undang-undang hingga Peran Mahkamah

1 hari lalu

Isi Kuliah Umum di Binus, Ketua MK Beberkan Soal Pengujian Undang-undang hingga Peran Mahkamah

Dalam kuliah umum, Suhartoyo memberikan pembekalan mengenai berbagai aspek MK, termasuk proses beracara, persidangan pengujian undang-undang, kewenangan MK dalam menyelesaikan sengketa, dan manfaat putusan MK.

Baca Selengkapnya

Pengamat: Proses Sidang Sengketa Pilpres di MK Membantu Redam Suhu Pemilu

2 hari lalu

Pengamat: Proses Sidang Sengketa Pilpres di MK Membantu Redam Suhu Pemilu

Ahli politik dan pemerintahan dari UGM, Abdul Gaffar Karim mengungkapkan sidang sengketa pilpres di MK membantu meredam suhu pemilu.

Baca Selengkapnya

Pakar Ulas Sengketa Pilpres: MK Seharusnya Tidak Berhukum secara Kaku

2 hari lalu

Pakar Ulas Sengketa Pilpres: MK Seharusnya Tidak Berhukum secara Kaku

Ahli Konstitusi UII Yogyakarta, Ni'matul Huda, menilai putusan MK mengenai sengketa pilpres dihasilkan dari pendekatan formal legalistik yang kaku.

Baca Selengkapnya

Ulas Putusan MK Soal Sengketa Pilpres, Pakar Khawatir Hukum Ketinggalan dari Perkembangan Masyarakat

2 hari lalu

Ulas Putusan MK Soal Sengketa Pilpres, Pakar Khawatir Hukum Ketinggalan dari Perkembangan Masyarakat

Ni'matul Huda, menilai pernyataan hakim MK Arsul Sani soal dalil politisasi bansos tak dapat dibuktikan tak bisa diterima.

Baca Selengkapnya