Densus 88 menggiring warga negara asing asal Turki terduga Teroris yang terlibat Jaringan Islamic State o Iraq and Syiriah (ISIS) di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, 14 September. Keempat terduga terorisdiamankan ke Markas Korps Brimob Kelapa Dua, Depok. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat.
TEMPO.CO, Mojokerto - Satu dari tiga warga Indonesia yang ditangkap Detasemen Khusus 88 Antiteror di Parigi Moutong, Saiful Priatna, pernah mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Saiful dibekuk bersama dua warga Indonesia dan empat warga asing di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, karena diduga terlibat jaringan Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS). (Baca juga: Densus 88 Tangkap Empat Warga Asing di Poso)
"Setelah kami cek di data santri, atas nama Saiful Priatna memang pernah mondok di sini tahun 2000-an," kata pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, KH Salahudin Wahid atau Gus Solah, saat dihubungi, Selasa, 16 September 2014.
Gus Solah mengaku kurang tahu persis tahun berapa Saiful mondok di Tebuireng dan bagaimana perilaku kesehariannya selama di pondok yang didirikan pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asy'ari tersebut. "Informasi yang saya terima dari pengurus, dia hanya sekitar setahun di Tebuireng dan enggak sampai tamat (sekolah)," ujarnya. (Baca juga: Selain 4 Warga Turki, Densus 88 Tangkap 3 WNI)
Gus Solah juga tak tahu persis apakah Saiful dulu menempuh pendidikan di sekolah menengah atas atau madrasah aliyah yang ada di Pondok Pesantren Tebuireng.
Menurut Gus Solah, sebagai pondok yang mengajarkan ahlussunnah wal jamaah, Tebuireng menolak keras segala paham yang mengajarkan kekerasan atas nama agama. "Kami selalu menekankan itu ke para santri, dan Paham itu (ISIS) tidak sesuai dengan ajaran Islam," tuturnya.
Jika memang Saiful terlibat jaringan teroris atau ISIS, kata Gus Solah, itu dimungkinkan karena pergaulan setelah keluar dari Tebuireng. "Mungkin saja karena pengaruh dari kawan-kawannya sekarang," ujarnya.