Gunung Slamet mengepulkan asap putih yang berbentuk cincin pada Kamis siang, 11 September 2014. Asap ini muncul tidak lama berselang setelah terjadi suara dentuman yang menggelagar hingga menggetarkan kaca Pos Pengamatan Gunung Slamet di Desa Gambuhan sekitar 9,5 kilometer di utara puncak. TEMPO/Dinda Leo Listy
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah masih menetapkan Gunung Slamet dalam status siaga atau level III. "Warga diminta tidak beraktivitas dalam radius 4 kilometer dari puncak," kata Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Surono kepada Tempo, Sabtu, 13 September 2014.
Pada Jumat malam, 12 September 2014, gunung tertinggi di Jawa Tengah itu meletus dan mengeluarkan abu. Dentuman terdengar hingga radius belasan kilometer. Saat ini aktivitas Gunung Slamet fluktuatif dan cenderung sedikit menurun. (Baca: Aktivitas Slamet Menurun, Hujan Pasir Masih Ada)
Berdasarkan hasil pantauan Pos Pengamatan Gunung Slamet sejak pukul 00.00-06.00 WIB, cuaca di sekitar Slamet terang dan anginnya tenang. Gunung hanya terhalang kabut tipis. "Saat cerah teramati embusan asap putih tipis dengan tinggi 50-100 meter dari puncak, condong ke barat," ujar Surono. (Baca: Letusan GunungSlamet Belum Ganggu Penerbangan)
Dari sisi pemantauan kegempaan, terjadi 44 kali gempa dan enam kali gempa tremor. Menurut Surono, kondisi ini sudah jauh lebih baik dibanding saat letusan terjadi. Jika dalam beberapa hari ini tidak terjadi gempa dalam, kondisi gunung tersebut sudah membaik.