7 Alasan Golkar Dukung Pilkada Tak Langsung  

Reporter

Editor

Bobby Chandra

Selasa, 9 September 2014 11:19 WIB

Petugas kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) menjemput surat suara pada para penyandang kusta di Rumah sakit Sitanala, Tangerang, Banten, (31/8). Warga Tangerang secara serentak laksanakan Pilkada Tangerang. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komisi Pemerintahan Dalam Negeri DPR yang juga kader Partai Golkar, Agun Gunandjar Sudarsa, memaparkan alasan partainya memilih opsi pemilihan kepala daerah lewat DPR dibandingkan dengan pemilihan langsung. Menurut Agun, pilkada langsung tak cocok untuk daerah seperti Indonesia yang dipisahkan laut. (Baca: PDIP-Jokowi Tak Berkutik di Depan Koalisi Prabowo)

"Pilkada langsung itu hanya tepat di daratan Eropa yang biaya per individu sama karena wilayahnya kecil dan geografis tak sulit," kata Agun ketika ditemui di kompleks parlemen Senayan, Selasa, 9 September 2014. Berikut tujuh alasan Golkar menolak pemilihan kepala daerah langsung:

1. Banyak pelanggaran di pemilihan umum pusat maupun daerah. Banyak kepala daerah, legislator, atau presiden, yang tak layak malah terpilih. "Apalagi Pemilu 2014, pemilu terburuk dan paling amburadul," kata Agun.

2. Pemilihan kepala daerah memakan biaya yang sangat besar. Dia memprediksi diperlukan Rp 40 triliun untuk pilkada serentak. "Daripada untuk pilkada mending buat membayar subsidi BBM (bahan bakar minyak)," ucapnya.

3. Pemilu membuat hubungan antar orang memburuk karena perbedaan pilihan. Tak hanya teman, kata dia, bahkan sesama keluarga ribut dan antara umat pecah.

4. Peluang pendapatan berkurang karena rakyat tak beraktivitas hanya berfokus ke pemilu. Kemudian pilkada sering berujung pada kerusuhan, keributan, sampai gedung dibakar. "Penyelenggara pemilu disandera pendukung yang tak puas atau bahkan ditangkap KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)," ucapnya.

5. Pemilihan kepala daerah secara langsung dianggap gagal mencerdaskan penduduk di bidang politik. Banyak penyelanggara pemilu yang tak bisa mewujudkan demokrasi yang bermartabat.

6. Pemilu kepala daerah secara langsung menghilangkan semangat musyawarah dan membuat penduduk Indonesia makin individual.

7. Orang-orang yang terpilih adalah yang mempunyai kekuasaan uang dan bukan karena alasan kemampuan. "Tak hanya di pemilu kepala daerah, contohnya di pemilihan presiden," ujar Agun.

SUNDARI SUDJIANTO




Baca juga:
Megawati: Saya Bisa Ngamuk Lho!
Jokowi Diminta Bernyali Ungkap Dalang Kasus Munir
PDIP-Jokowi Tak Berkutik di Depan Koalisi Prabowo
Tim Transisi Akui Ada Anggota Gadungan
Pengacara Jokowi Kritik Tim Transisi

Berita terkait

Panja Komisi X DPR Gelar Rapat soal UKT Mahal Mulai Besok

3 jam lalu

Panja Komisi X DPR Gelar Rapat soal UKT Mahal Mulai Besok

Panja Komisi X DPR akan memulai sidang untuk mencari tahu penyebab UKT mahal mulai Senin besok.

Baca Selengkapnya

Wacana Perpanjangan Usia Pensiun Polisi, Pengamat: Tidak Sesuai Harapan Masyarakat

19 jam lalu

Wacana Perpanjangan Usia Pensiun Polisi, Pengamat: Tidak Sesuai Harapan Masyarakat

Wacana perpanjangan usia pensiun polisi dinilai tidak sesuai dengan tujuan revisi undang-undang Kepolisian.

Baca Selengkapnya

Yusril Yakini Prabowo Tidak Mengulangi Kabinet 100 Menteri Era Soekarno

20 jam lalu

Yusril Yakini Prabowo Tidak Mengulangi Kabinet 100 Menteri Era Soekarno

Yusril meyakini Kabinet 100 Menteri di era Presiden Soekarno tak akan berulang dalam pemerintahan Prabowo-Gibran

Baca Selengkapnya

3 RUU dalam Sorotan Publik: RUU Penyiaran, RUU MK, dan RUU Kementerian Negara

20 jam lalu

3 RUU dalam Sorotan Publik: RUU Penyiaran, RUU MK, dan RUU Kementerian Negara

Dalam waktu berdekatan tiga RUU DPR mendapat sorotan publik yaitu RUU Penyiaran, RUU MK, dan RUU Kementerian Negara. Apa sebabnya?

Baca Selengkapnya

Revisi UU Polri Muat Usulan Polisi Dapat Perlindungan Jaminan Sosial

1 hari lalu

Revisi UU Polri Muat Usulan Polisi Dapat Perlindungan Jaminan Sosial

DPR akan merevisi UU Polri. Salah satu perubahannya adalah polisi bisa mendapatkan perlindungan jaminan sosial.

Baca Selengkapnya

Pansel KPK Tuai Perhatian dari Sejumlah Kalangan, Istana dan DPR Beri Respons

1 hari lalu

Pansel KPK Tuai Perhatian dari Sejumlah Kalangan, Istana dan DPR Beri Respons

Pembentukan Pansel Capim KPK menuai perhatian dari sejumlah kalangan. Pihak Istana dan DPR beri respons ini.

Baca Selengkapnya

Dua Pasal di Revisi UU MK Ini Disorot Ketua MKMK: Ancam Kemerdekaan Kekuasaan Kehakiman

1 hari lalu

Dua Pasal di Revisi UU MK Ini Disorot Ketua MKMK: Ancam Kemerdekaan Kekuasaan Kehakiman

Ketua MKMK menyebut dua pasal di revisi UU MK ini mengancam kemerdekaan kekuasaan kehakiman. Pasal mana saja itu?

Baca Selengkapnya

Hujan Kritik Revisi UU Keimigrasian

1 hari lalu

Hujan Kritik Revisi UU Keimigrasian

Revisi UU Keimigrasian yang diusulkan DPR dikhawatirkan menjadi celah pihak yang berperkara untuk melarikan diri.

Baca Selengkapnya

RUU MK Dibahas Diam-diam: Berikut Tanggapan Pedas Ketua MKMK, Mantan Ketua MK, hingga Mahfud MD

1 hari lalu

RUU MK Dibahas Diam-diam: Berikut Tanggapan Pedas Ketua MKMK, Mantan Ketua MK, hingga Mahfud MD

Pengesahan RUU MK di tahap I menimbulkan polemik. Sebab, selain dianggap dibahas diam-diam, bisa melemahkan independensi MK. Apa kata Ketua MKMK?

Baca Selengkapnya

DPR Bahas Perpanjangan Batas Usia Pensiun Anggota Polri, Berikut Kajiannya

2 hari lalu

DPR Bahas Perpanjangan Batas Usia Pensiun Anggota Polri, Berikut Kajiannya

Naskah akademik itu menilai batas usia pensiun 58 tahun berbanding terbalik dengan meningkatnya keahlian anggota Polri seiring penambahan usia.

Baca Selengkapnya