Guru Khawatirkan Kurikulum 2013 Ganggu Sertifikasi  

Reporter

Editor

Raihul Fadjri

Minggu, 24 Agustus 2014 19:23 WIB

Sejumlah anak Sekolah Dasar (SD) dari Gugus Tegal Rejo Gunung Kidul membatik saat meramaikan pameran Jelajahi Dunia Astra di Taman Mini Indonesia (TMII), Jakarta, Jumat (4/5). TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Yogyakarta - Kalangan guru di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengkhawatirkan penerapaan Kurikulum 2013 pada tahun ajaran baru ini menjadi kendala baru proses sertifikasi profesi guru. Salah satu alasannya adalah adanya perubahan beban materi beberapa mata pelajaran, seperti bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.

"Banyak terjadi pengurangan jam mengajar guru bahasa Inggris. Mereka pusing jika harus cari tambahan jam mengajar ke sekolah lain," kata Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Wonosari, Sangkin, Ahad, 24 Agustus 2014.

Dia menjelaskan, dalam penerapan Kurikulum 2013, beban mata pelajaran bahasa Inggris yang awalnya empat jam sepekan dipangkas menjadi dua jam dalam sepekan. Sebaliknya, beban bahasa Indonesia yang semula dua jam ditambah menjadi empat jam dalam sepekan.

Akibatnya, tujuh dari sebelas guru bahasa Inggris yang awalnya mengampu di SMKN 2 terpaksa tak terpakai dan harus mencari jam mengajar di sekolah lain sebagai syarat sertifikasi mereka agar genap 24 jam sepekan. Sebaliknya, guru bahasa Indonesia di sekolah itu yang jumlahnya terbatas merasa bebannya bertambah. Satu guru bisa mengajar 42 jam dalam sepekan. "Jadi memberatkan semuanya, yang jamnya berkurang atau bertambah," katanya.

Kekacauaan proses sertifikasi akibat perubahan beban kurikulum ini sudah diadukan kepada Dinas Pendidikan Gunungkidul pekan lalu. Sangkin mendesak pemerintah daerah mengusulkan kepada pusat agar merevisi aturan syarat jam mengajar guru. "Salah satu caranya, menghitung wajib mengajar ekstrakurikuler sebagai jam mengajar juga, sehingga guru sedikit terbantu," ujar Sangkin.

Misalnya, guru bahasa Inggris yang mengajar ekstrakurikuler Pramuka bisa dinilai memperoleh tambahan jam mengajar. "Selama ini, kan, guru hanya diwajibkan mengisi bidang ekstra, tapi tak dihitung sebagai jam mengajar resmi," katanya.

Menurut Kepala Dinas Pendidikan Gunungkidul Sudodo, keluhan guru ihwal jam mengajar mestinya tak perlu lagi dipandang sebagai masalah besar. “Karena semua tergantung niat guru dalam menerapkan kurikulum itu,” ujarnya. Apalagi, kata Sudodo, tak ada aturan yang membatasi guru mencari tambahan mengajar di sekolah negeri atau swasta. “Semua jenjang dibebaskan.”

Sudodo menjelaskan, sebagian guru di Gunungkidul yang berdomisili di kabupaten lain memanfaatkan momentum Kurikulum 2013 ini dengan mengisi jam mengajar di sekolah yang dekat rumah mereka.




PRIBADI WICAKSONO

Berita terkait

Cerita dari Kampung Arab Kini

11 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

14 hari lalu

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi

Baca Selengkapnya

Jawab Permendikbud yang Baru, Kepala Pusdiklat Kwarnas: Pembinaan Pramuka Tetap Kuat

30 hari lalu

Jawab Permendikbud yang Baru, Kepala Pusdiklat Kwarnas: Pembinaan Pramuka Tetap Kuat

Penilaian ini berbeda dari pernyataan sikap Sekretaris Jenderal Kwarnas Gerakan Pramuka periode 2018-2023, Mayjen TNI (Purn) Bachtiar Utomo.

Baca Selengkapnya

Ketua Kwarda Ini Setuju Pramuka Tidak Wajib di Sekolah, Kenapa?

31 hari lalu

Ketua Kwarda Ini Setuju Pramuka Tidak Wajib di Sekolah, Kenapa?

Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan pun dianggapnya rancu dengan Pendidikan Karakter Profil Pelajar Pancasila.

Baca Selengkapnya

Peraturan Baru Menteri Nadiem Soal Pramuka, Kemendikbudristek Tegaskan Ini

31 hari lalu

Peraturan Baru Menteri Nadiem Soal Pramuka, Kemendikbudristek Tegaskan Ini

Penjelasan menyusul hangatnya perbincangan mengenai Pramuka beberapa hari belakangan menyusul terbitnya Peraturan Mendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

51 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

55 hari lalu

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram

Baca Selengkapnya

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

59 hari lalu

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

20 Januari 2024

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

4 Januari 2024

Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

BMKG menjelaskan perkiraan cuaca Yogyakarta dan sekitarnya hingga akhir pekan ini, penting diketahui wisatawan yang akan liburan ke sana.

Baca Selengkapnya