Menteri Kelautan Pertama Kali Kunjungi Muara Kamal

Jumat, 8 Agustus 2014 13:28 WIB

Sejumlah perahu nelayan bersandar di Kamal Muara, Jakarta (16/1). Kondisi cuaca buruk membuat para nelayan enggan untuk melaut akibatnya pasokan ikan di Pelelangan kamal muara menjadi langkah. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Pada akhir masa jabatannya sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif Cicip Sutardjo melakukan kunjungan kerja perdana ke Tempat Pelelangan Ikan Muara Kamal, Penjaringan, Jakarta Utara, Jumat, 8 Agustus 2014. "Memang, di antara lima pelabuhan, saya baru pertama kali ke sini. Tapi Joko Widodo dan Ahok juga belum pernah ke sini. Betul, enggak?" kata menteri yang sehari-hari dipanggil Cicip itu.

Pertanyaan Cicip sontak dibalas oleh para nelayan yang hadir dalam acara tersebut. "Betul," seru mereka kompak.

Dalam kunjungan kerja itu, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Darjamuni turut menyampaikan aspirasi perihal kebutuhan nelayan Muara Kamal akan stasiun pengisian bahan bakar/solar packed dealer nelayan (SPDN). "Kami cemburu karena TPI Muara Angke dan Cilincing sudah punya SPDN sendiri," ujar Darjamuni. (Baca:Solar untuk Nelayan Dihemat 140 Ribu Kiloliter)

Pemilik Koperasi Sinar Laut sekaligus koordinator nelayan Muara Kamal, Yulla, mengatakan selama ini nelayan Muara Kamal terpaksa membeli solar bersubsidi di stasiun pengisian bahan bakar umum di Tangerang. "Harga beli solar bersubsidi yang dibeli dari Tangerang tetap Rp 5.500 per liter. Tapi kami kena tambahan harga distributor, sehingga harganya menjadi Rp 8.000 per liter," kata Yulla.

Pada kesempatan yang sama, Cicip menyerahkan bantuan paket sembako kepada 15 kelompok usaha bersama yang nantinya dibagikan kepada para nelayan Muara Kamal.

Sebelumnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan sudah meminta Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas menghitung ulang jatah solar bersubsidi yang bisa dikonsumsi nelayan. Sebab, ada potensi monopoli pembelian solar oleh nelayan dengan kapal di atas 30 gros ton (GT). "Meskipun ada edaran agar mengutamakan nelayan di bawah 30 GT, tapi di lapangan itu first come first get, siapa duluan dia dapat," kata Direktur Jenderal Perikanan Tangka, Gellwyn Jusuf saat ditemui seusai acara halalbihalal, Rabu, 6 Agustus 2014. (Baca:Jatah Solar Nelayan Banyuwangi Tak Dikurangi )

Menurut Gellwyn, dengan perhitungan yang pasti, minimal konsumen di lapangan yang terdiri atas kapal di bawah 30 GT, di atas 30 GT, hingga 100 GT yang selama ini juga mendapat jatah BBM bersubsidi, tidak berebut. "Ini mesti benar-benar dijaga mekanismenya. BPH Migas dan Pertamina bisa enggak menjamin yang kecil ini benar-benar dapat, karena ini crowded sekali," katanya.



PAMELA SARNIA | AYU PRIMA SANDI




Baca juga:
Kisah Pocong di Foto Syahrini Saat Umrah
5 Gugatan Prabowo yang Dipertanyakan Hakim MK
Orang Kaya Baru Indonesia Tersebar di Pedalaman
Merasa Kecewa, Pendukung Prabowo Pindah Dukungan

Berita terkait

Menteri KKP Ajak Investor Asing Investasi Perikanan

3 hari lalu

Menteri KKP Ajak Investor Asing Investasi Perikanan

Kementerian Kelautan dan Perikanan atau KKP mengajak investor untuk investasi perikanan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

KKP Tangkap Kapal Malaysia Pencuri Ikan yang Tercatat sudah Dimusnahkan tapi Masih Beroperasi

6 hari lalu

KKP Tangkap Kapal Malaysia Pencuri Ikan yang Tercatat sudah Dimusnahkan tapi Masih Beroperasi

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menangkap kapal pencuri ikan berbendera Malaysia. Kapal itu tercatat sudah dimusnahkan tapi masih beroperasi

Baca Selengkapnya

KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

7 hari lalu

KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

KJRI mengatakan, APPM mengatakan 3 kapal nelayan Natuna ditangkap karena melaut di dalam perairan Malaysia sejauh 13 batu dari batas perairan.

Baca Selengkapnya

Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

10 hari lalu

Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

Tiga kapal nelayan Indonesia asal Natuna ditangkap oleh penjaga laut otoritas Malaysia. Dituding memasuki perairan Malaysia secara ilegal.

Baca Selengkapnya

Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih

10 hari lalu

Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih

Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik yang memuat hulu-hilir pengelolaan pemanfaatan BBL.

Baca Selengkapnya

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

14 hari lalu

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

Tradisi Lomban setiap bulan Syawal di jepara telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Polisi Gagalkan Penyelundupan Sabu dari Malaysia, Pelaku yang Menyamar Nelayan Diupah Rp 10 Juta per Kg

15 hari lalu

Polisi Gagalkan Penyelundupan Sabu dari Malaysia, Pelaku yang Menyamar Nelayan Diupah Rp 10 Juta per Kg

Bareskrim Polri menangkap lima tersangka tindak pidana narkotika saat hendak menyeludupkan 19 kg sabu dari Malaysia melalui Aceh Timur.

Baca Selengkapnya

Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

21 hari lalu

Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

Walhi dan Pokja Pesisir Kalimantan Timur sebut kerusakan Teluk Balikpapan salah satunya karena efek pembangunan IKN.

Baca Selengkapnya

Kementerian Kelautan dan Perikanan Buka Pendaftaran Taruna 2024, Simak Jalur dan Syaratnya

24 hari lalu

Kementerian Kelautan dan Perikanan Buka Pendaftaran Taruna 2024, Simak Jalur dan Syaratnya

Kementerian Kelautan dan Perikanan buka pendaftaran peserta didik 2024. Cek di sini caranya.

Baca Selengkapnya

Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

25 hari lalu

Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) mengungkap sejumlah permasalahan nelayan masih membutuhkan perhatian serius dari pemerintah.

Baca Selengkapnya