KPK Setuju Usut Pencetakan Uang di Australia  

Reporter

Editor

Budi Riza

Selasa, 5 Agustus 2014 05:03 WIB

Bambang Widjojanto bersalaman dengan wartawan ketika datangi ruang wartawan dalam Halal Bihalal di gedung KPK, Jakarta, 4 Agustus 2014. TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi bersepakat untuk mengusut kasus dugaan suap proyek percetakan uang kertas rupiah di Note Printing Australia pada 1999 atas permintaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Komunikasi antara KPK dan pemerintah Australia akan dimulai setelah Kementerian Sekretariat Negara mengirimkan surat resmi pemintaan pengusutan.

"Sudah melalui telepon. KPK intinya setuju ikut mengusut," kata Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, kemarin. (Baca: Soal Wikileaks, SBY Minta KPK Kontak Australia)

SBY sendiri, dalam pembukaan rapat terbatas, menyatakan sangat serius dengan permintaan kepada KPK untuk mengusut kasus tersebut. Ia mengklaim pengungkapan kasus pencetakan uang akan membuktikan sejumlah isu dan kabar yang turut menyeret namanya dan mantan presiden Megawati Soekarnoputri.

Wikileaks mengeluarkan dokumen yang berisi mengenai intervensi pemerintah Australia terhadap pengusutan kasus pencetakan uang Indonesia, Malaysia, dan Vietnam di negara itu. Australia berdalih, kasus ini melibatkan sejumlah petinggi tiga negara tersebut yang berpotensi menimbulkan ketegangan hubungan antarnegara. (Baca: Ini Jawaban Australia Soal Bocoran Wikileaks)

SBY bahkan menggelar konferensi pers khusus di kediamannya, Puri Cikeas, pada 31 Juli 2014 untuk membantah dokumen Wikileaks. Ia menuding Wikileaks dan beberapa media menyebarkan fitnah. Sebab, pada tahun tersebut, dirinya masih aktif sebagai perwira TNI.

"Kalau memang ada warga Indonesia yang terlibat, harus diusut dan diproses hukum tanpa pandang bulu," ujarnya. (Baca: Dituding Wikileaks Terima Suap, SBY Bela Megawati)

Sudi menuturkan KPK dapat ikut dalam proses pengusutan kasus di Australia karena sifatnya hanya memberikan bantuan. Pengusutan oleh KPK juga menjadi penting jika pelaku dan tempat kejadian berada di Indonesia.

FRANSISCO ROSARIANS


Terpopuler
ISIS Hancurkan Makam Nabi Yunus, Ini Alasannya
Sekjen PBB Frustasi Hadapi Israel-Hamas
Pendukung ISIS Menyebar di Negara ASEAN

Berita terkait

Khawatir Ada Titipan, Novel Baswedan Harap Unsur Masyarakat dalam Pansel KPK Diperbanyak

4 jam lalu

Khawatir Ada Titipan, Novel Baswedan Harap Unsur Masyarakat dalam Pansel KPK Diperbanyak

Novel Baswedan, mengomentari proses pemilihan panitia seleksi atau Pansel KPK.

Baca Selengkapnya

Pengacara Jelaskan Kondisi Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Usai Dilaporkan ke KPK

7 jam lalu

Pengacara Jelaskan Kondisi Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Usai Dilaporkan ke KPK

Bekas Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy Hutahaean disebut butuh waktu untuk beristirahat usai dilaporkan ke KPK

Baca Selengkapnya

Istri akan Dampingi Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Klarifikasi LHKPN di KPK

10 jam lalu

Istri akan Dampingi Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Klarifikasi LHKPN di KPK

KPK menjadwalkan pemanggilan Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta, Rahmady Effendy Hutahaean, untuk memberikan klarifikasi soal kejanggalan LHKPN

Baca Selengkapnya

9 Mantan Komisioner KPK Kirim Surat ke Jokowi soal Kriteria Pansel KPK

13 jam lalu

9 Mantan Komisioner KPK Kirim Surat ke Jokowi soal Kriteria Pansel KPK

Pemilihan Pansel KPK patut menjadi perhatian karena mereka bertugas mencari figur-figur komisioner dan Dewan Pengawas KPK mendatang.

Baca Selengkapnya

Pansel KPK Tuai Perhatian dari Sejumlah Kalangan, Istana dan DPR Beri Respons

14 jam lalu

Pansel KPK Tuai Perhatian dari Sejumlah Kalangan, Istana dan DPR Beri Respons

Pembentukan Pansel Capim KPK menuai perhatian dari sejumlah kalangan. Pihak Istana dan DPR beri respons ini.

Baca Selengkapnya

Penjelasan Istri Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta soal Pinjaman Rp 7 Miliar yang jadi Polemik

16 jam lalu

Penjelasan Istri Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta soal Pinjaman Rp 7 Miliar yang jadi Polemik

Margaret Christina Yudhi Handayani Rampalodji, istri bekas Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy Hutahaean menjelaskan asal-usul Rp 7 miliar.

Baca Selengkapnya

Penyitaan Rumah dalam Kasus Korupsi, Terbaru Rumah Syahrul Yasin Limpo dan Tamron Raja Timah Bangka

16 jam lalu

Penyitaan Rumah dalam Kasus Korupsi, Terbaru Rumah Syahrul Yasin Limpo dan Tamron Raja Timah Bangka

Penyitaan rumah dalam dugaan kasus korupsi Syahrul Yasin Limpo dan Tamron Raja Timah Bangka. Apa landasan penyitaan aset tersangka korupsi?

Baca Selengkapnya

2 Selebritas Windy Idol dan Nayunda Nabila Diperiksa KPK, Tersangkut Kasus Korupsi Siapa?

18 jam lalu

2 Selebritas Windy Idol dan Nayunda Nabila Diperiksa KPK, Tersangkut Kasus Korupsi Siapa?

Windy Idol dan Nayunda Nabila Nizrinah terseret dalam dugaan kasus korupsi yang berbeda hingga diperiksa KPK. Apa sangkut pautnya?

Baca Selengkapnya

Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Diseret Urusan PT Cipta Mitra Agro, Pengacara: Itu Bisnis Istrinya

19 jam lalu

Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Diseret Urusan PT Cipta Mitra Agro, Pengacara: Itu Bisnis Istrinya

Pengacara eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy merasa heran kliennya diseret dalam kasus yang melibatkan perusahaan sang istri.

Baca Selengkapnya

KPK Periksa Kepala Bea Cukai Purwakarta Senin Mendatang soal LHKPN yang Janggal

1 hari lalu

KPK Periksa Kepala Bea Cukai Purwakarta Senin Mendatang soal LHKPN yang Janggal

KPK menjadwalkan pemanggilan Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy Hutahaean pada Senin pekan depan.

Baca Selengkapnya