Waspadai Pendukung ISIS Saat Pulang ke Tanah Air

Reporter

Sabtu, 2 Agustus 2014 10:48 WIB

Anak-anak berpartisipasi dengan para pejuang untuk melawan militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang berusaha memasuki kota Bagdad. Mereka bersiap-siap memerangi ISIS bersenjatan senjata otomatik AK-47. dailymial.co.uk

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Indonesia diminta segera membuat terobosan hukum untuk mengatasi ancaman yang terjadi sekembalinya sejumlah warga negara Indonesia pendukung kelompok ekstremis Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang berperang di Suriah.

"Dengan pengalaman perang, ideologi lebih kuat, mengikuti pelatihan, dan keahlian mengenai persenjataan akan menjadi ancaman yang lebih besar," kata Sidney Jones, Direktur Institute for Policy Analysis of Conflict, kepada Tempo di kantornya, Jumat, 1 Agustus 2014. (Baca: BNPT: Dukung ISIS, Kewarganegaraan Hilang)

Sejauh ini, Sidney belum jelas mengetahui konsekuensi dari banyaknya warga Indonesia yang dibaiat sebagai pendukung pendiri ISIS, Abu Bakar al-Baghadadi. Namun ia yakin sudah ada warga Indonesia pendukung ISIS yang berjuang angkat senjata di Suriah.

Sidney kemudian berjalan menuju meja kerjanya dan membuka akun Facebook dengan foto profil seorang pria remaja menyandang senjata laras panjang dan dilatarbelakangi mobil bak terbuka warna krem. Pria itu memberi nama di akun FB sebagai Abu Zeyd al-Indunisi. (Baca: Pendukung ISIS Menyebar dari Jawa Sampai Sulawesi)

Beberapa teman FB Abu Zeyd juga mengaku sudah di Suriah sebagai mujahid. Bahkan akun FB seorang perempuan bersuami warga Indonesia bernama Siti Khadijah mengaku sekarang berada di Aleppo, Suriah.

Menurutnya, apa yang ditemukan di FB menjadi rujukan bagi lembaganya untuk memastikan sudah ada warga Indonesia ikut bertempur di Suriah. Dan yang paling mengkhawatirkan adalah saat mereka kembali ke Indonesia karena mereka dapat menggunakan keahliannya untuk melakukan kekerasan untuk melawan ideologi yang berbeda dengan keyakinannya.

Pemerintah Indonesia, ujar Sidney, belum memiliki mekanisme hukum manakala warga negaranya berperang di satu negara atas nama organisasi ekstremis lalu pulang ke tempat tinggalnya. "Tidak ada hukum yang melarang orang pergi bergabung dengan organisasi asing."

Sementara untuk mencegah mereka berangkat ke Suriah untuk berperang atas nama ISIS, Sidney melanjutkan, tidak mungkin dilakukan. Sebab, mereka yang ke Suriah tidak akan mengaku pergi untuk berperang dan pendukung ISIS. Dan, selain itu mereka yang akan ke Suriah bisa jadi tenaga kerja Indonesia atau mahasiswa. Sehingga sulit membedakan mana pendukung ISIS dan mana yang ke Suriah untuk bekerja atau sekolah. (Baca: Pendiri Kamp Militer di Aceh Pendukung Utama ISIS)

Namun kecurigaan ada pada mereka yang mengaku ke Suriah untuk sekolah. Sidney beralasan, kebanyakan yang direkrut untuk berperang di Suriah adalah mahasiswa. Mahasiswa Indonesia direkrut dari Yaman, Mesir, dan Islamabad, Pakistan.

Menurut Sidney, Kementerian Luar Negeri melalui Kedutaannya di Timur Tengah dapat berperan untuk memantau kegiatan para mahasiswa Indonesia. Namun, ia menilai sulit bagi Kementerian Luar Negeri melakukannya karena butuh dukungan sumber daya manusia maupun dana untuk memantau warga Indonesia pendukung ISIS di Timur Tengah. Pemerintah saat ini lebih fokus melindungi TKI yang berada di kawasan rawan konflik di Timur Tengah.

MARIA RITA

Baca juga:
Jokowi Pertimbangkan Jabatan Wakil Menteri Dihapus
Gurita Ini Mengerami Telurnya Lebih dari 4 Tahun
Hari Ini Puncak Arus Balik Via Purbaleunyi
Tolak Bayar Paten, Microsoft Gugat Samsung

Berita terkait

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

10 hari lalu

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

Presiden terpilih Prabowo Subianto menerima telepon dari Menhan AS. Berikut jenjang karier dan profil Lloyd Austin.

Baca Selengkapnya

Tajikistan Bantah Tudingan Rusia bahwa Ukraina Merekrut Warganya sebagai Tentara Bayaran

29 hari lalu

Tajikistan Bantah Tudingan Rusia bahwa Ukraina Merekrut Warganya sebagai Tentara Bayaran

Tajikistan membantah tuduhan Rusia bahwa kedubes Ukraina di ibu kotanya merekrut warga untuk berperang melawan Rusia

Baca Selengkapnya

Iran Tangkap Anggota ISIS, Diduga Rencanakan Bom Bunuh Diri Menjelang Idul Fitri

30 hari lalu

Iran Tangkap Anggota ISIS, Diduga Rencanakan Bom Bunuh Diri Menjelang Idul Fitri

Polisi Iran telah menangkap beberapa anggota ISIS yang diduga merencanakan aksi bunuh diri menjelang Idul fitri.

Baca Selengkapnya

Rusia Klaim Punya Bukti Nasionalis Ukraina Terhubung dengan Serangan Moskow

38 hari lalu

Rusia Klaim Punya Bukti Nasionalis Ukraina Terhubung dengan Serangan Moskow

Rusia mengatakan menemukan bukti bahwa pelaku yang membunuh lebih dari 140 orang di gedung konser dekat Moskow terkait dengan "nasionalis Ukraina."

Baca Selengkapnya

Rusia Mengaku Tak Percaya ISIS Lakukan Penembakan Moskow

39 hari lalu

Rusia Mengaku Tak Percaya ISIS Lakukan Penembakan Moskow

Rusia menaruh kecurigaan bahwa Ukraina, bersama Amerika Serikat dan Inggris, terlibat dalam penembakan di Moskow.

Baca Selengkapnya

2 Pelaku Penembakan Moskow Bebas Lewat Turki-Rusia, Pejabat Turki: Tak Ada Surat Penangkapan

41 hari lalu

2 Pelaku Penembakan Moskow Bebas Lewat Turki-Rusia, Pejabat Turki: Tak Ada Surat Penangkapan

Warga negara Tajikistan, Rachabalizoda Saidakrami dan Shamsidin Fariduni dapat melakukan perjalanan dengan bebas antara Rusia dan Turki

Baca Selengkapnya

Putin Akui Belum Ada Bukti Keterlibatan Ukraina dalam Serangan Teroris Moskow

41 hari lalu

Putin Akui Belum Ada Bukti Keterlibatan Ukraina dalam Serangan Teroris Moskow

Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui bahwa sejauh ini belum ada tanda-tanda keterlibatan Ukraina dalam penembakan di gedung konser Moskow

Baca Selengkapnya

Serangan Moskow Terjadi, Apakah Pengganti KGB telah Kehilangan Tajinya?

41 hari lalu

Serangan Moskow Terjadi, Apakah Pengganti KGB telah Kehilangan Tajinya?

Serangan Moskow menimbulkan pertanyaan tentang ketajaman FSB, pengganti KGB, badan intelijen yang kerap dianggap momok bagi Barat.

Baca Selengkapnya

Macron Sebut Intelijen Prancis Konfirmasi ISIS di Balik Serangan Konser Rusia

42 hari lalu

Macron Sebut Intelijen Prancis Konfirmasi ISIS di Balik Serangan Konser Rusia

Prancis bergabung dengan AS dengan mengatakan bahwa intelijennya mengindikasikan bahwa ISIS bertanggung jawab atas serangan di konser Rusia

Baca Selengkapnya

Rusia Pertanyakan Klaim ISIS sebagai Dalang Serangan: Ini Upaya AS Lindungi Ukraina!

42 hari lalu

Rusia Pertanyakan Klaim ISIS sebagai Dalang Serangan: Ini Upaya AS Lindungi Ukraina!

Rusia menantang pernyataan Amerika Serikat bahwa ISIS menjadi dalang penembakan di sebuah gedung konser di luar Moskow yang menewaskan 137 orang

Baca Selengkapnya