Makin Percaya Daerah, Kabinet Makin Ramping

Reporter

Rabu, 30 Juli 2014 07:19 WIB

Presiden terpilih Jokowi melihat velg motor di Pasar Notoharjo, Solo, Jawa Tengah, Sabtu 26 Juli 2014. Jokowi melihat-lihat dan menyempatkan berbincang dengan pedagang. TEMPO/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Rencana perampingan kabinet dalam pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla didukung ahli tata negara Refly Harun. Menurut Refly, banyak pos kementerian yang urgensinya patut ditinjau ulang. Dia mengatakan perampingan kabinet bergantung pada kepercayaan pusat kepada pemerintah daerah.

"Kalau bicara kementerian, sangat tergantung bagaimana perspektif desentralisasi dan otonomi daerah. Makin tidak percaya pada daerah, maka jumlah kementerian bisa saja dipertahankan 34 seperti saat ini," kata Refly saat dihubungi Tempo, Selasa, 29 Juli 2014.

Perampingan kabinet dipandang penting karena akan berdampak penekanan anggaran negara. "Bayangkan saja, kalau banyak kementerian, banyak agenda, anggaran seperti apa. Maka tidak heran program-program di daerah pun banyak di-drive (dikendalikan) oleh kementerian," ujar Refly.(Baca:Jokowi-JK Akan Rampingkan Jumlah Menteri )

Menurut dia, seharusnya sesuatu yang sudah bisa dilakukan oleh pemerintah daerah tidak perlu lagi digarap oleh pemerintah pusat. Refly mencontohkan pemanfaatan anggaran 20 persen untuk pendidikan. Anggaran sejumlah itu membuat pemerintah pusat ingin mengelola ujian nasional sepenuhnya. "Padahal kan level pendidikan tiap orang di tiap daerah berbeda. Masak iya semua disamaratakan saat ujian nasional?"

Refly memberi contoh demikian karena, menurut dia, hal paling konkret untuk menunjukkan tidak adanya kepercayaan pusat ke daerah bisa dilihat dari pendekatan terhadap proyek. "UN itu baru satu proyek yang bisa menyerap anggaran cukup besar," ujarnya.

Cara seperti ini semakin membuat anggaran kementerian tidak efektif. Padahal, jika pemerintah daerah sudah dapat menjalankan beberapa fungsi kementerian, kementerian itu sebaiknya dihapuskan.

Susunan kabinet, menurut Refly, pada akhirnya perlu dibagi dalam tiga kriteria, yakni primer, sekunder, dan tersier. Tataran kementerian primer ini merupakan pos kementerian yang disebut dalam konstitusi dan secara tradisi harus ada. Contohnya Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Luar Negeri, dan Kementerian Pertahanan. Termasuk pula pos keuangan dan perekonomian.(Baca:Partai Pendukung Jokowi-JK Siapkan Calon Menteri)

Selanjutnya, kementerian sekunder merupakan lapisan kementerian yang tidak begitu mempengaruhi jalannya pemerintahan. Jika ada, pemerintah terbantu. Jika tak ada, pemerintah tetap bisa berjalan. Contohnya, Kementerian Pendidikan, Kementerian Agama, dan Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Terakhir, kementerian tersier. Pos dalam lapisan ini yang paling bisa disorot untuk dihilangkan. Berdasarkan pengamatan Refly, kementerian dalam lingkup ini sering tak optimal dan tak memiliki peranan penting. Misalnya, Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT). Menurut dia, sejauh ini Kementerian PDT tidak punya tolok ukur keberhasilan. Juga Kementerian Sosial, yang sebenarnya pada pemerintahan Gus Dur sudah dihapus. "Dulu saja pernah dihapuskan, berarti kan sebenarnya tidak penting," kata Refly.

Intinya, Refly menegaskan agar pemerintahan jangan terjebak pada konsep. Dua hal utama yang perlu diperhatikan saat menyusun tim kementerian adalah apakah jika kementerian itu ditiadakan negara ini akan bermasalah? Serta apakah fungsi kementerian tersebut bisa dilakukan oleh pemerintah daerah?(Baca:Soal Kabinet, Pendukung Jokowi Diminta Sabar)


AISHA SHAIDRA

Baca juga:
Soal Kabinet, Pendukung Jokowi Diminta Sabar
Hari Ini Jalanan Jakarta Masih Bebas Aturan 3 in 1
Sanksi Disiapkan Bagi Pembuang Sampah dari Mobil
Situs Berita Palsu, Ini Cara Stop Penyebarannya




Berita terkait

Survei Capres Muhaimin Iskandar Rendah, PKB: Masih Ada Peluang

27 Desember 2021

Survei Capres Muhaimin Iskandar Rendah, PKB: Masih Ada Peluang

Dalam survei tersebut Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar hanya dipilih 0,1 persen responden.

Baca Selengkapnya

DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024

22 Desember 2021

DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024

Komisi II DPR meminta KPU dan Bawaslu Provinsi Jawa Barat mengantisipasi kesulitan pemilih menggunakan hak pilih, lantaran diprediksi akan banyak surat suara.

Baca Selengkapnya

Setya Novanto: Golkar Siap Menangkan Jokowi di Pilpres 2019  

27 Maret 2017

Setya Novanto: Golkar Siap Menangkan Jokowi di Pilpres 2019  

Setya Novanto mengungkap hitung-hitungan apabila Jokowi kembali berhadapan dengan Prabowo dalam pilpres 2019.

Baca Selengkapnya

Gagal Pilkada DKI, AHY Punya Modal Besar Ikut Pilpres 2019

22 Maret 2017

Gagal Pilkada DKI, AHY Punya Modal Besar Ikut Pilpres 2019

Qodari mengatakan masyarakat cukup mengenal figur Agus Yudhoyono atau AHY ini

Baca Selengkapnya

Tiap Parpol Bisa Ajukan Calon Presiden, Jokowi: Masih Proses

16 Januari 2017

Tiap Parpol Bisa Ajukan Calon Presiden, Jokowi: Masih Proses

RUU Permilu Diperkirakan selesai sekitar bulan empat ke depan.

Baca Selengkapnya

Sindrom I Want SBY Back, Sinyal Ani Yudhoyono Maju Capres?

10 September 2015

Sindrom I Want SBY Back, Sinyal Ani Yudhoyono Maju Capres?

Ada spekulasi bahwa Demokrat memunculkan sindrom I Want SBY Back untuk mempersiapkan Ani Yudhoyono.

Baca Selengkapnya

Jokowi Tak Butuh, Relawan Bakal Membubarkan Diri

28 Oktober 2014

Jokowi Tak Butuh, Relawan Bakal Membubarkan Diri

Sampai saat ini mereka masih menunggu kepastian dari Jokowi.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dilantik, Relawan Jokowi-JK Berevolusi

13 Oktober 2014

Jokowi Dilantik, Relawan Jokowi-JK Berevolusi

Relawan Jokowi-JK turut mengontrol realisasi program pemerintah di pedesaan.

Baca Selengkapnya

Fahri: Koalisi Pro-Prabowo Tidak Berencana Pilpres MPR  

9 Oktober 2014

Fahri: Koalisi Pro-Prabowo Tidak Berencana Pilpres MPR  

"Enggak ada agenda itu. Makanya, tidak perlu ditanyakan,"
kata


Fahri Hamzah soal agenda mengubah pemilihan presiden dari



langsung menjadi lewat MPR.

Baca Selengkapnya

Giman Membawa Ratusan Pesan untuk Jokowi

30 September 2014

Giman Membawa Ratusan Pesan untuk Jokowi

Dalam perjalanannya, pria yang kesehariannya berjualan kue putu keliling itu membawa buku catatan yang berisi ratusan pesan ditulis tangan.

Baca Selengkapnya