Sosiolog: Pelaku Intoleransi Beragama adalah Minoritas

Reporter

Editor

Raihul Fadjri

Kamis, 5 Juni 2014 20:00 WIB

TEMPO.CO, Yogyakarta - Sosiolog Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Susetiawan, intoleransi antar-agama ada di setiap agama. Ini
artinya ada sekelompok orang yang tidak toleran. “Mereka itu minoritas sehingga tidak bisa digeneralisasi keseluruhan umat
beragama,” ujarnya.

Dua insiden yang dicap sebagai perilaku intoleran dalam agama terjadi di Yogyakarta. Kasus pertama berupa penyerangan terhadap rumah Direktur Galangpress Julius Felicianus saat berlangsung ibadat Rosario ke-29 pada Kamis malam 29 Mei 2014 dan perusakan rumah yang difungsikan sebagai gereja, pada Ahad 1 Juni 2014, keduanya di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Menurut Susetiawan, sikap intoleran dari kelompok agama mayoritas lebih kelihatan menonjol karena mereka merasa jumlahnya lebih banyak dari pemeluk agama lain. “Dampaknya adalah kelompok tertentu yang menghendaki kekacauan memanfaatkannya untuk adu domba,” kata Susetiawan yang juga Mustasyar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DIY.

Menurut salah seorang Ketua PP Muhammadiyah, Haedar Nasir, aksi intoleransi merupakan sesuatu yang rumit, karena melibatkan banyak kepentingan dan relasi antar-manusia. “Intoleransi terjadi karena adanya konflik. Suasana antagonis itu membangun radikalisme pelaku intoleran,” ujar Haedar kemarin.

Maraknya aksi intoleransi di Yogyakarta, kata Haedar tidak menunjukkan fenomena masyarakat Yogyakarta makin sektarian. Ia mencontohkan munculnya tabliq akbar anti-pluralisme merupakan respon sesaat dari kelompok tertentu. “Aktivitas masyarakat dalam ruang publik memang sulit dikendalikan aparat maupun kelompok agama,” katanya.

Untuk menyelesaikannya, masyarakat harus menahan diri dan berpikir dengan kepala dingin supaya tidak muncul aksi serupa. “Saat ini tahun
politik sehingga semua pihak harus menahan diri supaya masalah tidak bertambah rumit,“ kata Haedar. Menurut dia, dialog antar-agama di Yogyakarta selama ini sudah berjalan baik. “Namun, dialog tak cukup. Pemerintah dan kelompok agama perlu terus berikhtiar mencegah intoleransi.”

Sebelumnya Uskup Agung Keuskupan Agung Semarang Mgr. Jonannes Maria Trilaksyanta Pujasumarta menawarkan rekonsiliasi dengan kelompok yang melakukan kekerasan dan intoleran di Sleman itu.

SHINTA MAHARANI

Berita terkait

Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

1 hari lalu

Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

Aspebindo mendukung rencana pemerintah membagikan izin usaha pertambangan (IUP) kepada ormas keagamaan. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Baznas - Muhammadiyah Gulirkan Program Pengembangan SDM Unggul

3 hari lalu

Baznas - Muhammadiyah Gulirkan Program Pengembangan SDM Unggul

Kolaborasi antara Baznas dengan Muhammadiyah dalam pemanfaatan dana zakat, bisa memberikan manfaat yang besar bagi kepentingan umat

Baca Selengkapnya

Jika Prabowo Tunjuk Mendikbud dari Muhammadiyah, Darmaningtyas: Tak Masalah, Asal...

4 hari lalu

Jika Prabowo Tunjuk Mendikbud dari Muhammadiyah, Darmaningtyas: Tak Masalah, Asal...

Darmaningtyas mengatakan tak masalah jika Mendikbud era Prabowo dari Muhammadiyah, asal tokoh tersebut berlatar belakang dunia pendidikan.

Baca Selengkapnya

Kata Ketum Muhammadiyah Soal Gugatan PDIP di PTUN

5 hari lalu

Kata Ketum Muhammadiyah Soal Gugatan PDIP di PTUN

Apa kata Ketum Muhammadiyah soal gugatan PDIP di PTUN?

Baca Selengkapnya

KPU Tetapkan Prabowo-Gibran Pemenang Pilpres 2024, Ini Tanggapan PBNU, PP Muhammadiyah hingga Kadin

8 hari lalu

KPU Tetapkan Prabowo-Gibran Pemenang Pilpres 2024, Ini Tanggapan PBNU, PP Muhammadiyah hingga Kadin

Reaksi PBNU, PP MUhammadiyah, Kadin Terhadap Penetapan Prabowo - Gibran Pemenang Pilpres 2024 oleh KPU

Baca Selengkapnya

Tanggapan Demokrat dan Muhammadiyah Soal Kabinet Prabowo-Gibran

8 hari lalu

Tanggapan Demokrat dan Muhammadiyah Soal Kabinet Prabowo-Gibran

Muhammadiyah menyatakan belum ada pembahasan soal formasi kabinet pemerintahan Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Respons PBNU dan Muhammadiyah terhadap Putusan MK

9 hari lalu

Respons PBNU dan Muhammadiyah terhadap Putusan MK

Haedar Nashir puji Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud yang menerima hasil putusan MK.

Baca Selengkapnya

Kata Ketum PP Muhammadiyah Soal Sikap Ganjar dan Anies Terkait Putusan MK

10 hari lalu

Kata Ketum PP Muhammadiyah Soal Sikap Ganjar dan Anies Terkait Putusan MK

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir angkat bicara ihwal putusan Mahkamah Konstitusi (MK) soal sengketa hasil Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya

'Tragedi' Lebaran 2011, Opor Ayam Sudah Dibuat Penetapan Idul Fitri Mundur Sehari

21 hari lalu

'Tragedi' Lebaran 2011, Opor Ayam Sudah Dibuat Penetapan Idul Fitri Mundur Sehari

Masih ingat Lebaran 2011, saat pemerintah mundurkan sehari Idul Fitri. Emak-emak protes opor yang sudah dibuat tak jadi disantap esok hari.

Baca Selengkapnya

Fakta Lebaran 2024: Idul Fitri Bersamaan, Kecelakaan Fatal Contraflow, sampai Mbah Benu 'Telepon' Allah

24 hari lalu

Fakta Lebaran 2024: Idul Fitri Bersamaan, Kecelakaan Fatal Contraflow, sampai Mbah Benu 'Telepon' Allah

Lebaran 2024 diwarnai sejumlah fakta menarik, termasuk perayaan Idul Fitri 1445 H yang dilakukan bersamaan oleh Muhammadiyah dan pemerintah

Baca Selengkapnya