TEMPO Interaktif, Jakarta: Partai Rakyat Demokratik (PRD) menuntut pergantian pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. "PRD mengharapkan pemerintahan yang lebih berani dan lebih memiliki harga diri dalam menghadapi neokolonialisme dan Orde Baru," kata Ketua Umum Komite Pimpinan Pusat Dita Indah Sari dalam pidato peluncuran pengurus baru PRD di Hotel Sahid Jaya, Jumat (18/3) Dalam Kongres Luar Biasa PRD di Jawa Tengah, Januari lalu, Dita terpilih menjadi ketu umum. Hadir dalam acara di hotel bintang empat di kawasan elit Jalan Sudirman, Jakarta Selatan itusastrawan Pramoedya Ananta Toer, anggota DPR dari Partai Amanat Nasional Alvin Lie, bekas Menteri Koordinator Perekonomian Rizal Ramli, serta bekas aktivis mahasiswa Hariman Siregar. Para anggota dan pendukung PRD ikut meramaikan acara yang jauh dari kesan formal itu.Acara dibuka dengan penampilan paduan suara PRD yang membawakan lagu-lagu perlawanan, dilanjutkan pembacaan puisi tentang Aceh, sambutan, dan hiburan. Di sela-sela acara berkali-kali bergema yel-yel pro rakyat. Pengurus teras PRD yang lain: Agus Priyono (Sekretaris Jenderal), Danial Indrakusuma (Wakil Sekretaris Jenderal), dan Haris Sitorus (Wakil Sekretaris Jenderal II), Lukman Hakim (Ketua I), Vivi Widyawati (Ketua II), dan A.J. Susmana (Ketua III).Pada 1994 - 1996, Dita menjabat Ketua Umum Pusat Perjuangan Buruh Indonesia (PPBI). Lalu 1996 sampai sekarang, dia menjadi Ketua Front Nasional Perjuangan Buruh Indonesia (FNPBI). Atas dedikasinya memperjuangkan nasib buruh, dua kali Dita memperoleh penghargaan: Wertheim Award (1997) dan Magsaysay Award dari Yayasan Ramond Magsaysay Filipina (2001) untuk kategori emergent leadership.Harun Mahbub-Tempo
Anggotanya Meningal di Tahanan, PRD Mengadu ke Komnas HAM
26 Agustus 2004
Anggotanya Meningal di Tahanan, PRD Mengadu ke Komnas HAM
Saddam Husein alias Chuzaini, Ketua PRD Pekalongan meninggal dalam tahanan LP Pekalongan pada 21 Agustus 2004, karena fasilitas tempat tinggal yang tidak layak dan sehat.
Gagalnya membela hak-hak perempuan, diskrimintif terhadap perempuan dan banyaknya koruptor dibebaskan, jadi isu besar unjuk rasa menuntut mundurnya pemerintahan Mega-Hamzah.