TEMPO Interaktif, Kediri:Krisis yang semakin memanas antara Indonesia dan Malaysia membuat para santri asal negeri jiran yang sedang menimba ilmu di beberapa pondok pesantren di Kabupaten Kediri, Jawa Timur resah. Mereka menginginkan krisis wilayah perbatasan di zona Ambalat bisa diselesaikan secara damai. "Kami tak ingin krisis itu diselesaikan denganpertumpahan darah dan peperangan. Itu hanya akanmerugikan kedua negara. Saya sangat menyayangkanmunculnya klaim sepihak dari negara saya atas wilayahAmbalat itu,"kata Aiman, 21, salah seorang santriasal Malaysia yang sudah 7 tahun nyantri di Ponpes Raudlatul Ulum, Kencong, Kediri kepada Tempo, Rabu (9/3).Menurutnya atas klaim itu, komunikasi kedua negaramenjadi buruk. Aiman berniat menimba ilmu agama lebih lama lagi di Indonesia. "Masyarakat Indonesia sangat baik dan menghormati para santri asal Malaysia,"katanya. Karena itulah para santri asal Malaysia merasa nyaman dan kerasan belajar di Indonesia. "Jika situasi ini dirusak oleh sikap tidak dewasa hubungan kedua negara, kami para santri asal Malaysia sangat kecewa sekali. Tolonglah semua diselesaikan secara damai,"kata Aiman didampingi 6 rekannya se negara.Putra Bukit Taman Sarang, Kuala Lumpur itu menegaskan, selama bertahun-tahun belajar di Indonesia, dia tidak pernah mendapatkan perbedaan perlakukan dari para pengasuh pondok pesantren. Hal itu menunjukkan bahwa sejatinya tidak ada perbedaan dalam memandang semua persoalan, termasuk memandang zona kewilayahan."Saya dan sejumlah warga negara Malaysia lainnyadiminta Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta agar tidakmengeluarkan statemen apapun terkait memanasnyahubungan kedua negara,"kata Aiman.Sementara itu gerakan ganyang Malaysia terusberkumandang di wilayah Kota dan Kabupaten Kediri.Puluhan mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri(STAIN) Kediri, menyatakan siap menjadi tameng negaradalam konflik antara pemerintah Indonesia denganMalaysia terkait krisis perbatasan di kedua negarabertetangga tersebut. Mereka datang ke Sekretariat BEMSTAIN Kediri untuk menjadi relawan. Hingga sore hari, tercatat sekitar 30 orang mahasiswamengisi formulir pendaftaran berikut kesediaanyaberkorban demi membela kedaulatan Negara KesatuanRepublik Indonesia.Di posko lain di Jalan Sriwijaya 167 Kediri, jugaramai dikunjungi para pendaftar. Posko yang terletakdi tengah-tengah pasar loak dipenuhi warga yangantusias mendaftar. Para relawan mendapat kaosbertuliskan Gempur Malaysia. Hingga sore, tercatat150 relawan mendaftar secara resmi ke posko tersebut.Dwidjo U. Maksum