TEMPO.CO, Batam - Ribuan sopir taksi di Kota Batam melakukan aksi unjuk rasa menolak kehadiran taksi tambahan Blue Bird karena dinilai akan mengurangi pendapatan mereka.
Pengemudi taksi non-Blue Bird memarkir kendaraan mereka di sepanjang jalan yang melingkari Kantor Pemerintahan Wali Kota Batam, bahkan di depan gedung Wali Kota. Kendaraan diparkir berjejer yang mengakibatkan tertutupnya akses masyarakat yang ingin berhubungan dengan pemerintahan.
Syahrial, 32 tahun, pengemudi taksi Barelang, mengaku kehilangan pelanggan dan kini beralih ke Blue Bird. Oleh sebab itu, ketika ada ajakan melakukan aksi, ia ambil bagian. "Aku harus lunasi kredit mobil ini," katanya kepada Tempo di Batam Center, Rabu, 5 Maret 2014.
Namun, pengguna jasa taksi di Batam berkata lain. "Wajar pelanggan lari, soalnya tarifnya mahal," kata Mulawarman, 41 tahun, warga Batam.
Ongkos taksi Blue Bird lebih mahal dibanding taksi lain karena Blue Bird menggunakan argo resmi. Sedangkan taksi Batam kebanyakan argo sebagai hiasan, yang tarifnya tetap hasil negosiasi. Mulawarman selalu menggunakan jasa taksi bila tiba di Batam dari daerah lain. Ia mengaku sempat bertengkar dengan pengemudi taksi gara-gara tarif tak sesuai tertulis di board yang ada di bandara.
Di board itu tertulis tarif ke Bandara Hang Nadim ke Bengkong senilai Rp 55.000, tapi pengemudi mematok tarif Rp 80.000. "Gila itu," katanya kesal. Ia sengaja tak membawa kendaraan jika akan keluar kota karena harus diparkir di areal parkir bandara tersebut karena dia tidak punya sopir pribadi.
Wali Kota Batam Ahmad Dahlan mengatakan, taksi tambahan seperti Blue Bird diperlukan karena selain permintaan warga masyarakat, juga Batam akan menjadi tempat MTQ Nasional dalam waktu tak berapa lama lagi. "Jadi, transportasi darat di Batam harus lancar," katanya kepada Tempo.