Suasana jalan Malioboro tertutup abu vulkanik gunung Kelud, Yogyakarta (14/2/2014). TEMPO/Suryo Wibowo
TEMPO.CO , Yogyakarta - Akibat guyuran hujan abu vulkanik Gunung Kelud yang mengguyur Daerah Istimewa Yogyakarta, ada 1.315 orang terkena penyakit ISPA (infeksi saluran pernafasan atas) atau Upper Respiratory-tract Infection. Data itu diambil sejak adanya hujan abu hingga Kamis (20/2) dari rumah sakit dan puskesmas.
Selain itu, abu vulkanik yang lebih lembut dari abu Merapi itu juga mengakibatkan iritiasi mata terhadap 165 orang. Kecelakaan di jalanan juga terjadi karena debu licin dan abu berterbangan sebanyak 44 kasus, satu meninggal dunia akibat kecelakaan dan satu orang jatuh dari genting. (baca: Abu Kelud Pengaruhi Pertanian dan Perikanan DIY)
"Ada sebanyak 115 orang menderita penyakit radang tenggorokan," kata Arida Oetami, Kepala Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta saat berada di kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis petang (20/2).
Untuk pemeriksaan dengan jaminan sosial atau jaminan kesehatan gratis dan di kota Yogyakarta digratiskan semua dari biaya. Namun di rumah sakit swasta atau yang tidak mempunyai jaminan kesehatan di kabupaten lain, pasien membayar seperti biasa. (baca: Abu Kelud di Yogyakarta Tak Bisa Bersih Total)
Menurut Didiek Poerwadi, Asisesten II bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah (Setda) Daerah Istimewa Yogyakarta masa tanggap darurat abu Kelud sudah berakhir Kamis (20/2). Namun bukan berarti masyarakat berhenti membersihkan abu tetapi justru pada Sabtu dan Minggu digerakkan gotong royong. "Ada deklarasi Sabtu-Minggu Sapu Bersih," kata dia.
Masa tanggap darurat abu Kelud di Daerah Istimewa Yogyakarta dilaksankan mulai 14 Februari hingga 20 Februari 2014. Di seluruh daerah, abu vulkanik itu menyebar merata.