Perdana Menteri Singapura, Lee Kuan Yew, ziarah ke Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, 1973. Pada kunjungan tersebut, Lee Kuan Yew menaburkan bunga ke makam Usman dan Harun. Dok. TEMPO/Syahrir Wahab
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sidarto Danusubroto menyarankan pemerintah mengabaikan protes Singapura terkait dengan penamaan KRI Usman-Harun. Menurut dia, negara sebesar Indonesia tak bisa diintervensi ketika mengambil kebijaksanaan, apalagi hanya terkait dengan pemberian nama mesin tempur. "Kalau perlu nanti kita kasih nama Usman-Harun di pulau baru," ujar Sidarto ketika ditemui di Kompleks Parlemen Senayan, Selasa, 11 Februari 2014.
Bagi Indonesia, kata Sidarto, Usman dan Harun adalah pahlawan. Mereka dianggap menjalankan tugas kenegaraan dengan baik saat peristiwa Dwikora pada 1964. Sebagai bangsa yang besar, Indonesia layak menghargai para pahlawan. Dia juga mengatakan masalah Usman-Harun harusnya sudah selesai ketika Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew berziarah ke makam Usman dan Harun sambil menabur bunga. (Baca: Di Balik Ziarah PM Singapura ke Makam Usman-Harun)
Kini hubungan dua negara ini kembali runyam setelah pemerintah Singapura mengkritik keputusan pemerintah Indonesia yang akan menyematkan nama Usman-Harun pada salah satu fregat yang baru dibeli dari Inggris. Singapura keberatan karena Usman dan Harun dianggap sebagai teroris yang meledakkan gedung di Singapura dan dihukum mati atas perbuatannya.
Usman-Harun diambil dari nama dua anggota KKO (Komando Korps Operasi, sekarang bernama Marinir), Usman dan Harun bin Said, yang mengebom MacDonald House di Orchard Road hingga menewaskan tiga orang pada masa konfrontasi dengan Malaysia tahun 1965. Keduanya dieksekusi di Singapura pada 17 Oktober 1968. (Baca: Tragedi di Balik Penamaan KRI Usman Harun)
Buntut protes itu, delegasi Indonesia untuk Singapore Airshow dipastikan tidak akan berangkat untuk bicara dalam dialog pertahanan dalam acara itu, Selasa, 11 Februari 2014. Mereka yang semula akan hadir yaitu Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Panglima TNI Jenderal Moeldoko, Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Budiman, dan Kepala Staf Angkatan Udara Indonesia Marsekal Ida Bagus Putu Dunia. (Baca: Buntut Usman-Harun, RI Mundur dari Singapore Airshow)