Pemerintah Indonesia Setuju Utang Lagi pada Bank Dunia US $ 275 Juta
Reporter
Editor
Kamis, 6 Januari 2005 17:16 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta:Bank Dunia memberikan pinjaman lunak kepada Pemerintah Indonesia sebesar US$ 275 Juta untuk menanggulangi korban bencana gempa tektonik dan gelombang tsunami yang terjadi di Aceh dan Sumatera Utara. "Pinjaman itu tanpa bunga dan masa pengembaliannya 30 tahun," ujar Presiden Bank Dunia, James D. Wolfensohn, kepada para wartawan di sela-sela KTT Tsunami, Balai Sidang, Kamis (6/1).Pinjaman tersebut telah mendapat persetujuan setelah melalui perbincangan dengan Pemerintah Indonesia. Menurut Wolfensohn selain memberikan pinjaman bank dunia juga memberikan hibah sebesar US$ 25 juta. Pinjaman dan hibah tersebut, sebagai bantuan untuk program rekonstruksi di wilayah Aceh dan Sumatera Utara. Wolfensohn merasa yakin pemerintah Indonesia mampu mengelola semua bantuan internasional dengan baik karena Indonesia telah memiliki mekanisme yang modern. Presiden Bank Dunia tidak merasa khawatir bantuan internasional tersebut akan digunakan sebagaimana mestinya. "Saya kira ini bukan kasus negara yang hancur akibat perang,"katanya. Wolfensohn memperkirakan, bantuan dari negara-negara kawasan akan mencapai jumlah US$ 0,5 miliar. Namun, jumlah bantuan bukan masalah akan tetapi bagaimana pemerintah Indonesia dapat melaksanakan program secara efektif. Bank Dunia belum bisa memutuskan apakah akan memberikan moratorium kepada pemerintah Indonesia. "Hak negara anggota Paris Club,"katanya. Wolfensohn mendukung, upaya moratorium yang diberikan sejumlah negara kepada Indonesia seperti Inggris, Italia dan Jerman. Namun, dia mengingatkan bukan berarti kewajiban membayar hutang dihapuskan, tapi ditunda hingga masa depan. Seorang warga Aceh yang keluarganya terkena bencana tsunami, mengaku jijik, dengan cara pemerintah Indonesia menukar nyawa puluhan ribu rakyat Aceh dengan penghapusan utang. "Coba bayangkan betapa berkorbannya rakyat Aceh untuk Indonesia. Utang yang selama ini tak mampu dibayar, bisa lunas dengan puluhan ribu nyawa rakyat dan kehancuran di Aceh,"kata Husaini yang menelepon Tempo, sedang mengungsikan keluarganya ke Medan.Faisal Assegaf