TEMPO.CO, Jakarta - Terdakwa kasus suap pengaturan kuota impor daging sapi, Luthfi Hasan Ishaaq, terlihat kagok saat majelis hakim Gusrizal memintanya menjelaskan soal British Virgin Island (BVI). BVI disebutkan Luthfi saat percakapannya di telepon dengan seseorang yang dipanggil doktor.
“Seingat saya begini, tentang penyimpanan uang dari para politisi, lalu saya berusaha cari tahu, ada sejumlah nama tempat yang dikenal untuk menaruh dan menyimpan uang-uang mereka,” kata Luthfi di persidangan Tipikor, Jumat dinihari, 22 November 2013.
Lantas Luthfi meminta informasi ke beberapa orang mengenai bagaimana menyimpan uang di wilayah tax haven tersebut. “Bagaimana situasi di sana. Ini terkait dialog politik uang di Pilkada dengan uang yang luar biasa,” ujar dia.
Penjelasan Luthfi memang tak berkorelasi, dan ia pun terkesan bingung. Gusrizal lantas mencecarnya dengan beberapa pertanyaan. "Apakah percakapan tadi inisiatif dari Saudara? Apakah mau ikut jejak ke BVI tersebut?"
Luthfi pun langsung menepisnya. "Tidak, dia berasumsi saya yang mau ikut itu," ujarnya.
Ia menyebutkan, orang yang dipanggil doktor tersebut merupakan pengusaha Tionghoa yang punya bisnis tambang dan sudah bekerja sama dengan perusahaan Cina. "Namanya pun nama Cina, jadi saya tidak begitu ingat."
Seperti diketahui, wilayah tax haven biasa digunakan para pengusaha atau perorangan untuk menghindari pajak di negara asalnya. Selain itu, digunakan untuk pengelabuan nilai aset, pencucian uang hasil kejahatan, serta pengalihan aset.
Luthfi Hasan Ishaaq didakwa menerima suap dari Direktur Utama PT Indoguna Utama, Maria Elizabeth Liman, sebanyak Rp 1,3 miliar bersama-sama Ahmad Fathanah. Duit ini adalah bagian dari Rp 40 miliar yang dijanjikan Elizabeth untuk pengurusan surat persetujuan kuota impor daging sapi di Kementerian Pertanian. Penuntut juga menuding Luthfi melakukan pencucian uang lantaran jumlah hartanya dianggap tak wajar selama menjadi anggota DPR.