Menlu Marty: Kalau Ada Penyadapan, Itu Pelanggaran
Editor
Juli Hantoro
Rabu, 30 Oktober 2013 15:38 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa menyatakan protes atas pemberitaan mengenai keberadaan dan penggunaan fasilitas penyadapan di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta. Kabar keberadaan fasilitas penyadapan ini dimuat dalam surat kabar harian Sydney Morning Herald yang terbit kemarin.
"Indonesia tidak dapat menerima dan mengajukan protes keras terhadap berita tentang keberadaan fasilitas penyadapan di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta," kata Marty melalui keterangan tertulis yang diterima Tempo, Rabu, 30 Oktober 2013.
Menurut Marty, pemerintah telah melakukan komunikasi dengan Kepala Perwakilan Kedutaan Amerika di Jakarta untuk meminta penjelasan resmi Washington atas pemberitaan tersebut. Jika berita itu benar, ucap dia, tindakan itu bukan hanya merupakan pelanggaran keamanan, tetapi juga pelanggaran serius atas norma dan etika diplomatik. "Ini tentunya tidak selaras dengan semangat hubungan persahabatan antarnegara."
Adapun berita di Sydney Morning Herald edisi Selasa, 29 Oktober 2013, memuat keterangan whistleblower Edward Snowden, yang menyatakan Amerika menyadap telepon dan memonitor jaringan komunikasi dari fasilitas pengawasan elektronik di Kedutaan Besar Amerika dan konsulat di seluruh Asia Timur dan Tenggara.
<!--more-->
Ada sebuah peta rahasia yang berisi 90 daftar fasilitas pengintaian di seluruh dunia, termasuk fasilitas intelijen komunikasi di kedutaan besar di Jakarta, Kuala Lumpur, Bangkok, Phnom Penh, dan Yangoon. Pada 13 Agustus 2010, peta itu tidak menunjukkan fasilitas tersebut berada di Australia, Selandia Baru, Inggris, Jepang, dan Singapura--negara yang dikenal sebagai sekutu terdekat AS.
Australia sepenuhnya menyadari luasnya spionase elektronik Amerika melawan tetangga dan mitra dagangnya. Selain itu, Negara Kanguru ini memiliki akses ke banyak data yang dikumpulkan oleh program itu.
Menurut peta yang diterbitkan oleh majalah Der Spiegel Jerman pada Selasa, 29 Oktober 2013, satuan tugas bersama dinas intelijen Amerika, Central Intelligence Agency (CIA) dan National Security Agency (NSA) bernama "Special Collection Service", melakukan sweeping operasi pengawasan serta operasi rahasia terhadap target intelijen khusus.
Dikeluarkan hanya untuk "FVEY"-- sandi untuk Five Eye, empat mitra strategis intelijen Amerika, termasuk Australia, peta itu mengungkap fasilitas operasi tersembunyi Amerika di kedutaannya di Jakarta, Kuala Lumpur, Bangkok, Phnom Penh, dan Yangoon.
PRIHANDOKO
Topik Terhangat:
Prabowo Subianto | FPI Geruduk Lurah Susan | Misteri Bunda Putri | Dinasti Banten | Suap Akil Mochtar
Berita Terpopuler:
Bajak Laut Somalia Takut Lagu Britney Spears
Beredar Foto Bugil Polwan, Polda Lampung Geger
Prabowo: Saya Pendekar Siap Mati
Suami Airin Punya `Tim Samurai` di DPRD Banten
Begini Modus Suap untuk Pejabat Bea Cukai
Ini Perjalanan Karier Heru Sulastyono di Bea Cukai
Adiguna Sutowo dan Jejaring Bisnisnya