Owa Jawa Tinggal 400 Ekor di Gunung Slamet  

Reporter

Editor

Raihul Fadjri

Minggu, 29 September 2013 17:15 WIB

Delapan Tahun Owa Jawa Capai Usia Produktif

TEMPO.CO, Purwokerto - Tim survei dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Tengah selama dua hari mendata populasi dua hewan yang terancam punah di lereng Gunung Slamet, Jawa Tengah: owa Jawa dan elang Jawa. “Owa Jawa populasinya tinggal 400 ekor,” kata Koordinator Tim Survei BKSDA Jawa Tengah, Joko Sulistiyanto, usai survei di Bukit Cinta lereng selatan Gunung Slamet Desa Melung Kecamatan Kedungbanteng Banyumas, Ahad 29 September 2013. Owa adalah mamalia sejenis orang utan.

Di Jawa Tengah hanya tinggal dua tempat yang ada owa dan elang jawa yakni di hutan Gunung Slamet dan Petungkriyono Pekalongan. Dua spesies itu hewan yang sangat dilindungi karena perkembangbiakannya yang sangat lambat.

Menurut dia, selama hidupnya owa betina hanya melahirkan paling banyak tiga kali. Owa termasuk hewan yang setia terhadap pasangannya. Jika ada salah satu mati, maka pasangannya akan menyusul mati karena terlalu sedih.

Dari penyisiran selama dua hari, kata dia, Tim menemukan satu keluarga owa yang terdiri dari tiga ekor. Sedangkan di tiga titik, mereka menemukan empat ekor elang jawa yang mempunyai nama latin Nisaetus bartelsi.

Margino, aktivis lingkungan Desa Melung Kecamatan Kedungbanteng yang ikut mendampingi tim survei mengatakan, selama ini masyarakat desa hutan sudah sadar untuk menjaga dua hewan terancam punah itu. “Justeru yang belum sadar itu orang dari kota, mereka membawa senapan dan berburu satwa di hutan kami,” katanya.

Ia mengaku sering jengkel dengan pemburu liar yang petantang petenteng memanggul senapan angin. Saat ini, kata dia, desanya sedang membuat peraturan desa antiperburuan liar yang melarang siapa saja untuk berburu hewan di hutan Gunung Slamet.

Koordinator Pengembangan Program Suaka Elang, Gunawan mengungkapkan habitat yang rusak dan pergantian musim yang terjadi mengganggu proses perkembangbiakan Elang Jawa. Saat ini terdapat kurang dari 1.000 Elang Jawa atau sekitar 325 pasang yang masih bertahan. Jumlah itu berdasar penelitian dengan metode ekstrapolasi yang dilakukan ilmuan IPB.

"Padahal tiap pasangan Elang Jawa butuh waktu sekitar 2-3 tahun untuk 1 butir telur. Sedangkan untuk berkembang menjadi dewasa dibutuhkan waktu minimal 3 tahun, itu pun dengan catatan daerah 75 persen lingkungan habitatnya masih berupa tutupan hutan yang masih bagus," katanya.

Perburuan meningkat karena harga Elang Jawa yang menggiurkan di pasar gelap. "Harga di pasar gelap mencapai Rp 2 juta- Rp 3 juta per ekornya," katanya.

Pendiri Biodiversity Society Purwokerto, Hariyawan Agung Wahyudi mengatakan, di Hulu Sungai Banjaran Banyumas atau wilayah lereng selatan Gunung Slamet saat ini hanya ada 3 pasang elang Jawa. Jumlah tersebut mengalami penyusutan. Pada 2005 masih ada sekitar 5 pasang elang Jawa. “Pendataan yang dilakukan Raptor Indonesia tahun 2012, populasi elang jawa tinggal 250-400 ekor saja,” katanya.

ARIS ANDRIANTO

Berita Terpopuler
Jawaban Prudential atas Surat Edaran Klaim AQJ
Jokowi Ingin Lebarkan Tiga Trotoar Ini
Tahun Depan Seluruh Kawasan DKI Punya Trotoar

Berita terkait

Pemburu Liar Tembak Mati 6 Badak Jawa, Terancam Hukuman Penjara 5 Tahun dan Denda Rp 100 Juta

8 hari lalu

Pemburu Liar Tembak Mati 6 Badak Jawa, Terancam Hukuman Penjara 5 Tahun dan Denda Rp 100 Juta

Direskrimum Polda Banten mengungkap tindak pidana perburuan badak bercula satu atau badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon. Apa ancaman hukumannya?

Baca Selengkapnya

Badak Jawa Semakin Terancam Punah, Terbaru Kematian 6 Badak Bercula Satu di Ujung Kulon

8 hari lalu

Badak Jawa Semakin Terancam Punah, Terbaru Kematian 6 Badak Bercula Satu di Ujung Kulon

Sebanyak enam badak Jawa atau badak bercula satu mati ditangan pemburu liar di Ujung Kulon. Berikut profil dan konservasi badak Jawa.

Baca Selengkapnya

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

11 hari lalu

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

Sekitar 140 paus pilot yang terdampar di perairan dangkal negara bagian Australia Barat. Apakah jenis paus pilot itu?

Baca Selengkapnya

DPR Dorong Sanksi Akumulatif Bagi Kejahatan Lingkungan di RUU Konservasi

15 hari lalu

DPR Dorong Sanksi Akumulatif Bagi Kejahatan Lingkungan di RUU Konservasi

UU No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya yang telah berusia 34 tahun menjadi alasan dilakukan revisi.

Baca Selengkapnya

Begini Pengaturan Soal Zoonosis dan Masyarakat Adat dalam RUU KSDAHE

20 hari lalu

Begini Pengaturan Soal Zoonosis dan Masyarakat Adat dalam RUU KSDAHE

Sejumlah aspek dalam RUU KSDAHE dianggap masih memerlukan penguatan dan penyelarasan.

Baca Selengkapnya

Ditarget Rampung Tahun Ini, Begini RUU KSDAHE Beri Ruang Dukungan untuk Konservasi Internasional

20 hari lalu

Ditarget Rampung Tahun Ini, Begini RUU KSDAHE Beri Ruang Dukungan untuk Konservasi Internasional

Rancangan Undang-undang tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya atau RUU KSDAHE ditarget segera disahkan pada tahun ini.

Baca Selengkapnya

Kembalikan Kejayaan Biodiversitas di IKN, Guru Besar Konservasi UI Usul Pembuatan Koridor Ekologi

37 hari lalu

Kembalikan Kejayaan Biodiversitas di IKN, Guru Besar Konservasi UI Usul Pembuatan Koridor Ekologi

Dengan konsep kota hutan, ada peluang untuk mengembalikan kejayaan biodiversitas di kawasan IKN.

Baca Selengkapnya

KKP Perkuat OECM untuk Perluasan Kawasan Konservasi

38 hari lalu

KKP Perkuat OECM untuk Perluasan Kawasan Konservasi

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut (Ditjen PKRL) terus mendorong tercapainya target 30 persen perluasan kawasan konservasi di tahun 2045.

Baca Selengkapnya

Menteri KKP Minta Pengembangan Pariwisata Tidak Merusak Ekosistem Laut

7 Maret 2024

Menteri KKP Minta Pengembangan Pariwisata Tidak Merusak Ekosistem Laut

Menteri KKP menyoroti laut di Teluk Cenderawasih, habitat penyu hijau yang populasinya kini mengalami penurunan drastis.

Baca Selengkapnya

Kasus Kematian Harimau di Medan Zoo, Kebun Binatang Dianggap Penjara Berkedok Wadah Konservasi dan Edukasi Satwa Liar

18 Februari 2024

Kasus Kematian Harimau di Medan Zoo, Kebun Binatang Dianggap Penjara Berkedok Wadah Konservasi dan Edukasi Satwa Liar

Kematian beruntun lima harimau di Medan Zoo menuai kecaman organisasi global perlindungan satwa liar. Kebun binatang dinilai sebagai penjara satwa.

Baca Selengkapnya