Surono mengatakan, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Di arah aliran awan panas yang mengarah ke selatan hingga ke bibir pantai Pulau Sika itu, sudah kosong dari permukiman dan aktivitas penduduk.
Sebelumnya letusan Gunung Rokatenda di Pulau Palue itu sempat mengakibatkan korban jiwa. "Dulu pernah ada yang meninggal karena tidak sabar menyeberang sungai saat banjir lahar awal 2013," kata Surono.
Sebagian besar penduduk di Pulau Palue sudah diungsikan sejak gunung itu meletus pada 2012 lalu. Sekitar 3 ribu jiwa sudah mengungsi dari pulau itu menuju pulau-pulau sekitarnya di wilayah Kabupaten Ende dan Kabupaten Sika Pulau Flores sejak tahun lalu.
Meski begitu masih tersisa sekitar 3 ribu jiwa penduduk di Pulau Palue yang masih menetap di bagian utara Pulau Palue. "Tetapi kalau angin (berhembus) ke arah utara, abunya bisa sampai ke permukiman penduduk," kata Surono.
Surono mengatakah, salah satu alasan tetap mempertahankan status aktivitas gunung itu di Level III atau Siaga karena letusan gunung itu dinilai masih belum membahayakan warga di Pulau Palue. Satu-satunya bahaya yang mesti di antisipasi warga adalah ancaman abu. "Abu itu tidak membunuh," ujarnya.
Jika status Gunung Rokatenda naik hingga Level IV atau Awas, Pulau Palue harus dikosongkan karena radius daerah bahayanya harus diperlebar hingga menembus 5 kilometer dari puncak gunung itu. "Kalau Awas radius kita itu harus 5 kilometer. Pulau itu harus dikosongkan," ucap Surono.
Gunung Rokatenda dengan tinggi 875 meter itu terletak di Pulau Palue, sebelah utara Flores Tengah. Badan Geologi menetapkan status aktivitas gunung itu masih di Level III atau Siaga dengan rekomendasi melarang aktivitas manusia dalam radius 3 kilometer dari kawah Rokatenda.